Kandahar (ANTARA News)- Gerilyawan Taliban Afghanistan, Selasa berikrar akan terus melakukan penculikan terhadap warga-warga asing dan mengatakan penculikan 23 warga Korea Selatan (Korsel) menunjukkan taktik itu adalah satu alat efektif melawan pemerintah. Kabul mengakui adanya ancaman itu dan mengatakan semua warga asing harus mendaftar pada polisi dan memberitahu pihak berwenang tentang pergerakan mereka. "Kami berpendapat ini satu taktik yang efektif melawan pemerintah Kabul dan pasukan pendudukan," kata jurubicara Taliban Yousuf Ahmadi kepada AFP, mengacu pada pasukan militer internasional di sini. "Kami akan melanjutkan penculikan para warga asing," katanya melalui telepon dari lokasi yang tidak diketahui. Taliban membebaskan 19 dari para sandera Korsel pekan lalu setelah menahan mereka selama enam mingu. Taliban membunuh dua orang Juli lalu dan membebaskan dua sandera lainnya pertengahan Agustus, ketika mereka mulai melakukan perundingan langsung dengan pemerintah Korsel. "Melalui penculikan para warga Korsel kami memperoleh liputan media seluruh dunia," kata Ahmadi. Seoul dikecam karena membuat satu perjanjian dengan kelompok garis itu dan pemerintah Afghaniatan mengatakan pihaknya hanya mengizinkan perundingan-perundingan itu untuk menyelamatkan nyawa para pekerja sosial Kristen itu. Menjawab pertanyaan tentang risiko yang meningkat bagi orang-orang asing di Afghanistan, juru bicara Presiden Hamid Karzai mengatakan kepada wartawan, Selasa bahwa "satu organisasi teroris akan melakukan hal-hal seperti itu." Masyarakat harus waspada, membatasi perjalanan mereka dan mendaftar pada polisi, kata Homayun Hamidzada. Taliban yang digulingkan oleh pasukan pimpinan AS akhir tahun 2001, melakukan pemberontakan yang meningkat dalam dua tahun belakangan ini. Mereka menculik beberapa warga asing, membebaskan sejumlah mereka setelah membayar uang tebusan atau melakukan tukar menukar tahanan Taliban di penjara Afghanistan. Gerilyawan itu masih menahan seorang insnyur Jerman yang ditangkap 18 Juli dan empat rekan Afghanistannya, demikian AFP.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007