Jakarta (ANTARA News) - Communication Lead Facebook Indonesia, Putri Dewanti, mengatakan bahwa Facebook Indonesia belum berencana untuk membentuk tim perang dalam menangkal konten berpotensi berbahaya.
"War Room belum tahu karena roll out-nya masih di luar, jadi belum sampai di sini," kata Putri usai peluncuran program "Think Before You Think," di Jakarta, Senin.
Putri menyebutkan bahwa setiap meluncurkan program baru, Facebook akan menggulirkan terlebih dahulu ke beberapa wilayah secara bergiliran.
"Belum ada percakapan akan di Indonesia, karena masih coba di Brasil," ujar dia.
Facebook membentuk tim perang guna menangkal penyebaran konten-konten berpotensi berbahaya di Menlo Park, California, pada September lalu, menjelang pemilihan umum Brasil dan Amerika Serikat.
Baca juga: Facebook bentuk tim perang tangkal konten politik menghasut
Sementara, untuk fitur iklan politik yang telah meluncur secara global pada awal tahun ini, Putri mengatakan fitur tersebut telah hadir di Indonesia, namun belum ada yang menggunakan fitur tersebut.
Fitur iklan politik akan memberi informasi tentang orang/organisasi yang memasang iklan tersebut.
Sayangnya, Putri belum mau berkomentar banyak tentang langkah Facebook untuk menghadapi pemilu di Indonesia.
Facebook baru saja meluncurkan tahun ketiga dari program literasi digital "Think Before You Share," namun program tersebut tidak secara spesifik memberikan modul mengenai penyebaran konten politik di media sosial.
"Secara spesifik tidak ada untuk politik. Tapi akan diberikan skill bagaimana kita menghadapi berbagai macam isu. Isu apapun itu," kata Sekretaris Jenderal Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) Foundation, M. Farhan, di Jakarta, Senin.
Pada tahun ketiga program "Think Before You Share," Facebook tidak hanya menggandeng YCAB Foundation, tetapi juga Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menghadirkan literasi digital untuk siswa, orang tua dan guru.
Baca juga: Facebook tambah modul untuk tahun ketiga Think Before You Share
Bulan lalu, Facebook menambah kemampuan pengecekan fakta terhadap berita palsu tidak hanya untuk teks, tetapi juga foto dan video.
Facebook juga mengumumkan perluasan kemitraan program pemeriksa fakta pihak ketiga (third-party fact-checking) di Indonesia dengan Liputan6.com, Tempo, dan Mafindo untuk membantu melakukan verifikasi berita yang telah dilaporkan oleh komunitas.
Baca juga: Facebook perluas cek berita palsu ke foto dan video
Baca juga: Facebook perluas kemitraan program "fact-checking" di Indonesia
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018