Dalam setiap hajatan pemilu suara kalangan santri selalu menjadi rebutan, mulai dari kontestasi tingkat lokal sampai pada level nasional. Wajar karena ceruk segmen suara santri ini cukup besar dan bisa mendongkrak elektabilitas
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, menilai jumlah santri secara proporsi sangat besar sehingga akan mempengaruhi peta politik nasional.
Dia menilai dengan jumlah proporsi yang besar itu, sangat wajar ketika momentum Pemilu, suara santri diperebutkan para kontestan.
"Dalam setiap hajatan pemilu suara kalangan santri selalu menjadi rebutan, mulai dari kontestasi tingkat lokal sampai pada level nasional. Wajar karena ceruk segmen suara santri ini cukup besar dan bisa mendongkrak elektabilitas," kata Pangi di Jakarta, Senin.
Dia menilai para politisi sangat paham akan keberadaan kaum santri yang secara proporsi sangat besar dan akan sangat mempengaruhi peta politik.
Karena itu menurut dia sangat wajar dukungan dari segmen ini memberi kontribusi yang sangat besar dan nyata terhadap tingkat keterpilihan dalam setiap hajatan konstestasi elektoral.
"Secara kultural para santri sangat manut, taat dan patuh pada titah para kiai yang meraka anggap sebagai pemimpin dan guru mereka. Dengan demikian, suara santri ada di tangan kiai," ujarnya.
Pangi menilai untuk mendapatkan dukungan politik dari kalangan santri, para politisi harus melakukan pendekatan yang intens pada para kiai sebagai pemegang otoritas di wilayah pesantren.
Namun para politisi saat ini harus memutar otak dan harus lebih sensitif, karena para kiai juga sudah sangat berpangalaman serta lihai dalam menghadapi situasi politik yang menempatkan mereka dalam pusaran perebutan dukungan.
"Sambutan dan keramahtamahan para kiyai dan santri ketika datang untuk berkunjung ke pesantren bukan lah berarti mereka telah memberikan dukungan politik gratis," katanya.
Selain itu Pangi menilai terkait fragmentasi kiai dan pesantren, sebaran dan jumlah pesantren di seluruh Indonesia terutama di pulau Jawa menjadikan para kiai bersifat lebih otonom dalam membina dan mengurus pesantrennya masing-masing, bahkan sampai urusan politik.
Menurut dia, tidak ada alur komando dan intruksi yang membuat para kiyai hanya mengikuti arus dukungan terhadap kandidat tetentu bahkan yang tergabung dalam satu organisasi sakali pun.
"Situasi ini tentu membuka ruang kepada masing-masing kubu pendukung capres-cawapres untuk melakukan pendekatan yang lebih intensif karena peluang untuk mendapatkan dukungan dari kalangan santri masih terbuka lebar," katanya.
Namun Pangi menilai suara santri dan kiai seringkali hanya dijadikan sebagai komoditas politik semata dan dimanfaatkan serta dipakai hanya untuk kepentingan kendaraan politik semata.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018