"Setiap film ada porsi dan tempatnya, dan Islam tidak mengajarkan kekerasan, itu baiknya dicerminkan dalam film agar mudah dipahami," kata Garin dalam penutupan rangkaian festival film Madani di IFI, Jakarta, Minggu.
Garin juga sempat membuat esay film mengenai bagaimana peran Islam dalam menyatukan bangsa sejak zaman penjajahan.
Sementara itu, salah satu Dewan Festival film Madani Putut Widjanarko menjelaskan bahwa mendalami Islam bukam soal haram dan halal, namun banyak kanal yang mulai tersedia untuk menunjukkan identitas keislaman, salah satunya melalui film.
"Dengan melalui karya film membuat Islam lebih mudah dipraktikan oleh masyarakat. Penerapan ajaran juga bukan hanya tentang hukum-hukum agama saja," kata Putut yang juga menjabat sebagai Vice President Mizan Publika.
Sebelumnya, Pembukaan Madani Film Festival diwarnai isak tangis setelah dibuka dengan film berjudul Never Leave Me yang bercerita tentang kisah nyata nasib anak-anak pengungsi perang Suriah di perbatasan Turki.
Selain film itu, terdapat film lain garapan sineas Indonesia yang diputar seperti "Titian Serambut Dibelah Tujuh" karya Chaerul Umam. Juga terdapat "Laa Tahzan" (Danial Rifki), "Haji Backpacker" (Danial Rifki), "Mencari Hilal" (Ismail Basbeth), "The Blindfold" atau "Mata Tertutup" (Garin Nugroho), "Bid'ah Cinta" (Nurman Hakim), "Pengantin" (Noor Huda Ismail) dan satu pemutaran film kejutan karya Garin Nugroho.
Baca juga: Pembukaan Madani Film Festival diwarnai isak tangis
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018