"Saat ini masyarakat lebih nyaman ketinggalan dompet daripada ketinggalan telepon pintar di rumah. Kira-kira begitu pentingnya telepon pintar bagi masyarakat untuk keperluan mengakses berbagai informasi," kata anggota Komisi I DPR RI, Darizal Basir di Painan, Sabtu.
Kendati penting, lanjutnya, masyarakat juga mesti memilah berbagai informasi yang diterima, karena informasi yang tidak valid tidak hanya akan merugikan yang bersangkutan namun juga masyarakat sekitar.
Setidaknya kata Darizal, pihaknya mencatat terdapat sekitar 800 ribu situs internet yang bermuatan radikalisme dan sekitar 32 juta situs bermuatan porno.
"Masyarakat harus jeli dengan hal ini sehingga kebutuhan akan informasi yang setiap waktu harus diakses tidak terkontaminasi oleh situs negatif yang pada akhirnya merugikan masyarakat itu sendiri," ujarnya.
Melalui diskusi publik ini ia berharap masyarakat membuka diri dan wawasan mengenai informasi-informasi yang diterima dan lebih selektif memilah sebelum dicerna untuk pribadi maupun dibagikan.
Sementara itu, Tenaga Ahli Ditjen Informasi Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ahmed Kurnia yang hadir pada kesempatan itu menyebutkan terkait situs porno dan radikalisme pihak Kominfo terus memantau dan selanjutnya memblokir.
"Kami secara terus menerus memantau dan jika diketahui sebuah situs bermuatan porno dan radikalisme maka langsung diblokir," sebutnya.
Mencegah dampak buruk dari berbagai informasi negatif Kementerian Komunikasi dan Informatika secara terus menerus menyosialisasikan hal itu ke masyarakat.
"Diskusi publik ini merupakan salah satu upaya dari kami dalam membentengi masyarakat dari bahaya situs negatif," ungkapnya.
Baca juga: Konten porno tidak bisa diblokir total
Baca juga: Kemenkominfo siap gunakan mesin pengais konten negatif
Baca juga: Semua konten pornografi tak bisa diakses 10 Agustus
Pewarta: Mario Sofia Nasution
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018