Pangkalan Udara Al-Asad, Irak (ANTARA News) - Presiden AS George W. Bush melakukan kunjungan mendadak ke Irak, Senin, untuk menghadiri pertemuan dengan "dewan perang" . Kunjungan itu bersamaan dengan penarikan pasukan Inggris dari pangkalan terakhir mereka di Basra. "Ini adalah pertemuan besar yang terakhir dari para penasehat militer presiden dan para pemimpin Irak sebelum presiden menetapkan langkah selanjutnya," kata Geoff Morrell, juru bicara markas besar tentara AS, Pentagon, seperti dilaporkan AFP. Gedung Putih sedang menyusun laporan resmi untuk Kongres pada 15 September dengan tujuan menyakinkan parlemen untuk melanjutkan pendanaan perang Irak yang sudah berlangsung empat setengah tahun. Bush, yang sedang dalam perjalanan menuju Australia untuk pertemuan dengan para pemimpin kawasan Asia Pasifik, tiba di pangkalan udara Al-Asad, di gurun provinsi Anbar. Presiden AS itu didampingi menteri luar negeri Condoleezza Rice dan penasehat keamanan nasional, Stephen Hadley. Dia disambut Menteri Pertahanan Robert Gates, Kepala Staf Gabungan Jenderal Peter Pace, panglima pasukan AS di Timur Tengah, Laksamana William Fallon, serta panglima pasukan AS di Irak, Jenderal David Petraeus. "Intinya dia mengumpulkan dewan perangnya dan mereka semua bertemu dengan para pemimpin Irak untuk membahas langkah untuk maju. Ini adalah pertemuan untuk menghasilkan keputusan. Pertemuan ini akan sangat membantunya mengambil keputusan, jika saat ini dia belum punya (keputusan itu)." Kunjungan tersebut adalah yang ketigakalinya sejak penyerbuan pada 2003. Kunjungan terakhir ke Irak dilakukan Bush pada Juni 2006. Bush terlebih dulu bertemu Dubes AS untuk Irak, Ryan Crocker, kemudian melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan para petinggi lainnya. Dia juga bertemu dengan para sheik suku Provinsi Anbar yang diharapkan pemerintah AS berbalik menghentikan gerakan perlawanan kaum Sunni. Kedatangan Bush ke Anbar dan bukan ke Baghdad memberinya kesempatan untuk menunjukkan perubahan dramatis di provinsi tersebut, yaitu kelompok perlawanan Sunni bergabung dengan pasukan AS untuk memerangi Al-Qaeda. Para petugas keamanan mengatakan, beberapa saat sebelum kedatangan Bush, dua bom mobil meledak di Ramadi, ibukota provinsi Anbar, sehingga menewaskan empat orang serta melukai 10 lainnya. (*)
Copyright © ANTARA 2007