Jakarta (ANTARA News) - Perwakilan The National Medicines Regulatory Authority (NMRA) Palestina melakukan kunjungan ke PT Kimia Farma, Kamis (18/10).

Kegiatan ini merupakan rangkaian dari tahap awal kerjasama Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dengan Palestina untuk hal teknis terkait untuk pengawasan obat.

Rangkaian pelatihan bersama BPOM ini dilakukan sejak 15 hingga 19 Oktober 2018.

Pelatihan untuk Palestina tahun pertama pada 2018 ini fokus dalam pertemuan melakukan pembandingan sistem pengawasan obat di Palestina, menilai serta mengidentifikasi kesenjangan.

Selain itu juga prioritas kebutuhan pelatihan dalam pengembangan pelatihan untuk inspektur pengawas Palestina.

Dalam kunjungan ini, perwakilan delegasi Palestina diajak menuju ruang laboratorium melihat proses produksi hingga pengemasan produk.


"Kimia Farma contoh sangat bagus industri farmasi. Kami ingin belajar dari Kimia Farma. Terima kasih kami sudah mendapatkan kesempatan mengunjungi fasilitas Anda," kata Head of drug quality control Divisign Ministry of Health of State of Palestine Osama S. I. Alfar saat memberi sambutan dalam acara tersebut.


Perwakilan Palestina antara lain bertanya terkait produk berbahan halal, yang dijelaskan oleh petugas Kimia Farma proses produk halal tersebut sedang dalam proses sertifikasi melalui Lembaga Pengawasan Obat dan Makanan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Usai mengunjungi PT. Kima Farma, delegasi langsung menuju PT Kalbe Farma sekaligus Kimia Farma Pharmacy di Salemba, Jakarta Pusat.

Sebelumnya, pada Kepala BPOM RI, Penny K Lukito saat membuka langsung pelatihan bagi delegasi NMRA, di Jakarta Senin (15/10), menjelaskan Palestina selalu menjadi salah satu penerima manfaat terbesar dari bantuan Indonesia dalam pembangunan kapasitas.


Kerja sama antara BPOM RI dan NMRA Palestina menandai tonggak baru dalam hubungan Indonesia-Palestina, karena itu akan menjadi yang pertama dari jenisnya.


BPOM berusaha berkontribusi untuk Palestina di dua bidang utama. Pertama, fungsi pengaturan obat dan makanan termasuk otorisasi uji klinis, otorisasi pemasaran, inspeksi peraturan, pengujian laboratorium, pelepasan banyak vaksin, pharmacovigillances, pelatihan pengawasan dan saran teknis.


Kedua, BPOM mendorong asosiasi farmasi dan makanan domestik untuk berkontribusi dalam menyediakan obat-obatan dan makanan bagi rakyat Palestina.


BPOM RI juga akan terus mendukung peningkatan kapasitas obat dan vaksin bagi negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI).


"Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan pertama Kepala Badan Pengawas Obat dari negara anggota OKI di Jakarta, 21-22 November 2018. Ini akan fokus pada masalah kemandirian dan ketersediaan obat yang aman, berkualitas, dan berkhasiat," ucap Kepala BPOM Penny K Lukito.


Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2018