Jakarta (ANTARA News) - PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk memperkirakan pertumbuhan kredit masih bertahan 13-15 persen (tahun ke tahun/yoy) pada 2019, meskipun pengetatan likuiditas di pasar global diperkirakan masih membayangi.
"Rujukan (guidance) kami tahun ini akan tumbuh di 13-15 persen. Tahun depan, kami proyeksikan masih di sekitar 13-15 persen," kata Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Proyeksi BNI di 2019 terbilang optimistis. Di saat yang sama, bank besar lain merasa perlu menurunkan proyeksi pertumbuhan kreditnya pada tahun depan karena faktor ketidakpastian ekonomi global terutama dampak dari perang dagang AS dan China serta kenaikan suku bunga The Federal Reserve, Bank Sentral AS.
PT. Bank Mandiri Persero Tbk, bank dengan aset terbesar di Indonesia, memproyeksikan pertumbuhan kredit pada 2019 akan melambat menjadi 11,5 persen dari 11-13 persen di 2018.
Baca juga: Mandiri perkirakan pertumbuhan kredit 2019 melambat
BNI, bank yang mengandalkan pembiayaan di korporasi dan kredit kepegawaian (payroll), merasa yakin pada akhir 2018 dapat mengejar pertumbuhan kredit di 13-15 persen (yoy), mengingat hingga kuartal III 2018, kredit perseroan sudah tumbuh 15,6 persen (yoy).
Fungsi intermediasi BNI hingga kuartal III 2018 ditopang penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang naik 14,2 persen (yoy) menjadi Rp548 triliun. Adapun indikator likuiditas seperti rasio pendanaan terhadap kredit (Loan to Deposit Ratio/LDR) BNI sebesar 89 persen dari rentang yang diatur Bank Indonesia di 78-92 persen.
Hingga September 2018, perseroan mengantongi laba bersih Rp11,438 triliun atau naik 12,6 persen (tahun ke tahun/yoy) dibandingkan periode sama tahun lalu Rp10,15 triliun.
Baca juga: BNI raup laba Rp11,4 triliun, naik 12,6 persen
Namun, marjin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) BNI menurun dari 5,5 persen menjadi 5,3 persen. Anggoro mengatakan penurunan NIM itu karena kehatia-hatian untuk menaikkan suku bunga kredit. Alhasil kualitas kredit membaik, ditandai dengan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) BNI yang menurun dari 2,8 persen menjadi 2,0 persen (gross) di kuartal III 2018 ini. "Kita utamakan kualitas kredit," kata Anggoro.
Penyumbang laba bersih lainnya adalah pendapatan non bunga termasuk pendapatan komisi. Pendapatan non bunga tumbuh enam persen menjadi Rp 7,18 triliun.
Oleh karena penghimpunan DPK dan penyaluran kredit itu, aset BNI tumbuh 14,3 persen menjadi Rp763,5 triliun di kuartal III 2018.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2018