Jakarta (ANTARA News) - Kapal Riset Baruna Jaya I melanjutkan penelitian di Laut Sulawesi dengan melakukan survei batimetri guna mengetahui topografi dasar laut pascagempa dan tsunami di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng).
Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT Hammam Riza di Jakarta, Kamis, mengatakan survei ini juga merupakan rangkaian dari giat bakti sosial yang dilaksanakan bersama Kemenko Kemaritiman dan Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IAITB).
Kapal Riset Baruna Jaya I juga mengangkut 200 ton sumbangan dari berbagai Kementerian dan Lembaga seperti Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, BUMN dan bantuan organisasi masyarakat.
Hingga hari ke-17 pelaksanaan survei bakti teknologi ini, tim BPPT juga telah melakukan beberapa kegiatan sosial maupun survei, antara lain pengiriman dan distribusi barang maupun logistik bantuan untuk korban bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala dengan berlabuh di Pelabuhan Pantoloan, Palu.
Pemetaan Batimetri laut dalam dilakukan di perairan Teluk Palu-Donggala dan di sebelah utara teluk untuk mengetahui konduktivitas, temperatur dan tekanan di dasar laut, sesuai dengan lokasi yang sudah ditentukan.
"Untuk hari ini sedang dilakukan pengambilan data visual dasar laut melalui wahana ROV (Remotely operated vehicles di Perairan Teluk Palu," katanya.
Hasil survei diutarakan Hammam akan disampaikan kepada instansi terkait untuk memberikan penguatan dalam upaya rehabilitasi dan rekonstruksi dan sekaligus mempersiapkan upaya perbaikan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap bencana, ujarnya.
Tim BPPT beranggotakan pakar di bidang geologi, geodesi, kelautan maupun kebencanaan. Sehingga total ada 11 pakar yang merupakan sinergi dari berbagai instansi seperti BPPT, LIPI, Universitas Hassanuddin dan Universitas Tandulako, Palu, yang dikoordinasi oleh Dr Udrekh sebagai penanggung jawab kegiatan riset ini.
Sementara jumlah total personil yang melakukan survei bakti teknologi ini sebanyak 55 orang termasuk anak buah kapal (ABK) KR Baruna Jaya I BPPT.
Survei Batimetri
Ketua Tim Operasi KR Baruna Jaya I Tris Handoyo mengatakan Kapal Baruna Jaya I BPPT ini pun telah dilengkapi dengan peralatan canggih seperti perangkat multibeam echosounder yang merupakan alat untuk menentukan profil permukaan dasar laut dan kedalaman air dengan cakupan area dasar laut yang luas.
Kapal ini, menurut dia, juga memiliki teknologi untuk mendeteksi gambaran morfologi laut Palu dan sekitarnya.
"Multibeam echosounder (MBES) yang dimiliki kapal Baruna Jaya I mampu menjangkau kedalaman sampai dengan 11.000 meter. Belum ada kapal-kapal riset di Indonesia yang memiliki kemampuan pemetaan dasar laut dari kedalaman dangkal 20 meter hingga kedalaman 11 ribu meter," katanya melalui pesan singkat.
Survei ini akan dilaksanakan dengan menempuh rute Jakarta-Perairan Sulawesi Tengah, selama 23 hari.
"Diharapkan hasil survei ini mampu memberi gambaran seutuhnya terkait fenomena apa yang terjadi saat gempa Palu, sehingga ke depan langkah mitigasi bencana dapat dilakukan dengan lebih optimal," ujar dia.
Baca juga: BPPT kirim kapal riset ke Palu-Donggala
Baca juga: BPPT perkenalkan SIJagat dan SIKuat hadapi gempa bumi
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018