Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dan Rusia akan mengaji kembali semua hal yang telah dilakukan oleh kedua negara, terutama upaya menerjemahkan hubungan baik di tataran politik ke dalam hubungan ekonomi, dalam pertemuan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Vladimir Putin di Jakarta, Kamis. "Kedua kepala negara akan mengaji ulang hubungan kedua negara setelah 2003, kunjungan Presiden Megawati ke Moskow, terutama pasca-2006, kunjungan Presiden Yudhoyono ke Moskow," kata Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Departemen Luar Negeri, Eddi Hariyadi, dalam diskusi dengan sejumlah dutabesar negara sahabat, yang diselenggarakan Pusat Dialog dan Kerjasama di Antara Peradaban di Jakarta hari Senin. Menurut dia, secara politik, Indonesia memiliki hubungan baik dengan hampir seluruh negara di dunia, namun pada saat ini, hal terpenting adalah membuat hubungan baik itu berguna bagi warga negara masing-masing. "Ini saat tepat bagi Indonesia untuk bergerak lebih dari sekedar di tataran pernyataan dan membuat langkah nyata untuk menjabarkan kesepatan," katanya. Disebutkannya bahwa salah satu kesepakatan pada 2006, yang akan diwujudkan dalam langkah nyata, adalah kerjasama dalam bidang persenjataan tentara. "Nanti akan ditandatangani (kerjasama di bidang persenjataan militer) beserta sejumlah kesepakatan lain, seperti, kerjasama untuk melakukan audit lingkungan hidup dan energi," katanya. Eddi mengatakan bahwa dalam pertemuan dwipihak itu, Indonesia akan mencari sejumlah peluang untuk meningkatkan kerjasama antara kedua pihak. Pemerintah Indonesia, tambah dia, memandang Rusia sebagai pasar baru, yang masih membutuhkan banyak eksplorasi. "Itu potensi besar pasar. Kita sepakat memanfaatkannya, karena yang kita miliki saat ini sangat kurang," kataya. Eddi mengatakan bahwa nilai perdagangan Indonesia ke Rusia masih defisit jika dibandingkan dengan sebaliknya. Pada kesempatan itu, ia juga mengatakan bahwa keberhasilan reformasi politik pemerintah Indonesia lima tahun terakhir telah meningkatkan minat negara di dunia menjalin hubungan dwipihak dengan Indonesia, salah satunya adalah Rusia. Rusia, tambah dia, adalah salah satu negara di dunia, yang sedang bangkit menjadi kekuatan dunia pasca-keruntuhan Uni Soviet. Menurut dia, Indonesia berkedudukan sebagai salah satu negara pemilik peran penting dalam politik dunia, sehingga Rusia juga memiliki kepentingan besar untuk mempererat hubungan diplomatik. Kunjungan Presiden Putin, yang merupakan kunjungan balasan atas kunjungan Presiden Yudhoyono, akan menjadi kunjungan bersejarah, karena merupakan kunjungan pertama presiden Rusia ke Indonesia. Sementara itu, Dutabesar Hongaria untuk Indonesia Mihaly Illes mengatakan bahwa Uni Eropa memiliki ketergantungan pada sektor energi dengan Rusia, karena sekitar 80 persen pasokan energi negara anggota Uni Eropa didatangkan dari Rusia. Menurut dia, Rusia berhasil bangkit pasca-keruntuhan Uni Soviet dengan caranya dan semua pihak harus menerimanya, termasuk negara di Eropa barat. Saat ini, tambah dia, Uni Eropa mencari ide baru mengenai bentuk hubungan kerjasama antara Rusia dan kelompok tersebut. Dutabesar Palestina Fariz Mehdevi mengatakan bahwa jika dahulu dunia Islam memandang bahwa ideologi komunis, yang berkembang di Rusia, membahayakan, kini, semua pihak mulai melihat segala sesuatunya dengan lebih realistis. "Kita harus melihat semua terkait dengan kepentingan kita," katanya. Disebutkannya bahwa Palestina juga menjalin hubungan baik dengan Rusia. Presiden Putin bahkan menyambut baik hasil pemilihan umum Palestina, yang dimenangi Hamas pada awal 2007, saat sejumlah negara Barat mengambil sikap berlawanan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007