Jakarta (ANTARA News)- Nilai tukar rupiah Senin sore melemah menjadi Rp9.389/9.415 dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.375/9.410 atau melemah 14 poin, karena pelaku pasar membeli dolar AS. "Meski pelaku lokal berspekulasi membeli dolar AS, namun mereka masih menahan diri menunggu keluarnya data indikator ekonomi AS," kata Analis Valas PT Bank Saudara, Ruri Nova, di Jakarta, Senin. Menurut dia, pelaku pasar masih khawatir dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi AS setelah kasus gagal bayar kredit perumahan (Subrprime Mortgage) yang mendorong inflasi negara tersebut cenderung meningkat. "Kami hanya berspekulasi membeli dolar AS sambil menunggu data ekonomi AS apakah memburuk," katanya. Dikatakannya, pelaku pasar juga sedang menunggu pertemuan bank sentral AS (The Fed) mengadakan pada pertengahan bulan ini. Karena itu spekulasi pelaku pasar membeli dolar AS, karena The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga The Federal Fund Rate untuk mendukung pertumbuhan ekonomi AS yang melambat, katanya. Kondisi ini, menurut dia, rupiah berpeluang untuk kembali menguat yang didukung dengan masuknya kembali investor jangka pendek bermain di pasar saham maupun pasar uang. "Penguatan rupiah hanya tinggal menunggu waktu saja yang diperkirakan akan kembali mendekati posisi Rp9.000 per dolar AS," katanya. Bank Indonesia (BI), lanjut dia juga secara ketat menjaga rupiah agar tetap berada di bawah level Rp9.400 per dolar AS, meski tekanan pasar masih terus terjadi. "Kami memperkirakan BI akan terus memantau rupiah, karena dikhawatirkan gejolak pasar uang global yang belum reda suatu saat akan muncul, melihat kuatnya tekanan itu," katanya. Rupiah, lanjutnya, ke depan akan kembali membaik yang diperkirakan akan bisa mencapai level Rp9.000 per dolar AS apabila tidak ada hambatan lain yang muncul di pasar. Apabila pasar positif terhadap rupiah diharapkan kenaikan itu tidak berlangsung dalam waktu yang cepat, lebih baik secara perlahan-lahan tapi pasti, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007