Jakarta (ANTARA News) - Dengan memanfaatkan teropong hilal yang tersebar di berbagai tempat, Departemen Agama (Depag) akan menyebarluaskan proses pencarian hilal secara online melalui televisi dan website dengan harapan perbedaan dalam menentukan awal Ramadhan bisa diatasi.
Setiap tahunnya kerap terjadi perbedaan menentukan hari pertama bulan suci sehingga tak jarang memunculkan kegelisahan antarumat Muslim, kata Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni, di Jakarta, Senin.
Pernyataan ini merupakan penegasan terhadap pernyataan yang disampaikan di Sengkang, Wajo, Sulawesi Selatan, Sabtu. Pemerintah selalu berupaya mencari cara agar setiap tahun umat Muslim Indonesia bisa memulai ibadah puasa Ramadhan pada hari yang sama, katanya usai membuka Muktamar As`adiyah di Sengkang.
"Untuk itu, mulai tahun ini pemerintah melalui Depag akan menyambungkan secara online teropong pencari hilal ke semua stasiun televisi dan website," ungkap Maftuh.
Dengan tersambungnya teropong hilal yang diletakkan di lima titik berbeda di wilayah Indonesia, ia melanjutkan, masyarakat bisa menyaksikan langsung keberadaan hilal di rumah masing-masing melalui siaran televisi.
Proses pencarian hilal akan dimulai pada tanggal 11 September mendatang. Bila pada malam harinya (selepas Maghrib) hilal sudah bisa terlihat, kata Maftuh, maka umat Islam Indonesia akan memulai puasa pada tanggal 12 September.
"Tapi kalau tanggal 11 September itu belum terlihat hilal, maka kita lanjutkan tanggal 12," kata Menag.
Ia menambahkan pada tanggal 12 September, masyarakat masih bisa menyaksikan secara langsung proses pencarian hilal tersebut.
Dikatakan, perbedaan cara atau metode menentukan permulaan Ramadhan hendaknya jangan sampai menimbulkan perpecahan di kalangan umat. Semua warga hendaknya menghormati perbedaan sebagai bentuk rahmat dari Allah SWT .
Ketika ditanya bagaimana sikap pemerintah terhadap organisasi masyarakat yang sudah menentukan lebih dulu awal bulan puasa sebelum penglihatan hilal, Menteri menegaskan, hal itu termasuk perbedaan yang tetap layak dihormati.
Kendati demikian, Maftuh mengingatkan, sebenarnya perbedaan tersebut tak perlu terjadi apabila semua warga kembali kepada prinsip dasar pelaksanaan ajaran agama.
Menurut Maftuh, Islam sudah menegaskan kepada umatnya agar mematuhi aturan-aturan Allah, Rasulullah, dan para pemimpin atau pemerintah (ulil amri )dalam menjalankan syariat agama.
"Yah, kalau semua umat mengikuti keputusan pemerintah tentu tidak akan ada perbedaan menentukan awal puasa," ucap Menag.
Di bagian lain, Maftuh mengimbau umat Islam Indonesia agar mampu memanfaatkan momentum Ramadhan untuk meningkatkan keimanan mereka.
Ramadhan, katanya, merupakan bulan penuh berkah dan ampunan Allah yang diperuntukkan untuk umat Islam setiap tahunnya.
"Jadi, manfaatkanlah bulan mulia ini untuk membentuk kepribadian yang lebih baik, sehingga kita keluar dari Ramadhan sebagai pribadi yang fitrah dan berakhlak lebih baik," imbau Maftuh.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007