Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina akan menempatkan dua tangki penampungan terapung (floating storage) "liquified petroleum gas" (LPG) yang masing-masing berkapasitas 40.000 ton di perairan utara Jawa pada 2008. Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Achmad Faisal di Jakarta, Senin, mengatakan "floating storage" tersebut akan digunakan memenuhi kebutuhan LPG dalam negeri yang akan terus meningkat seiring berjalannya program konversi minyak tanah ke LPG. "Kami akan bangun dua `floating storage` LPG dengan kapasitas masing-masing 40.000 ton, satu di pantai utara Jawa Barat dan satunya lagi di pantai utara Jawa Timur," katanya. Pada 2012, kebutuhan LPG konversi diperkirakan akan mencapai antara 5-6 juta ton per tahun. Menurut dia, dengan kapasitas 40.000 ton, maka tangki terapung ini memang hanya memiliki cadangan lima hari, sehingga Pertamina akan meningkatkan frekuensi pengangkutan kapalnya. Pembangunan "floating storage" merupakan upaya sementara sambil menunggu pembangunan tangki penampungan permanen di kedua wilayah tersebut. Pertamina telah berencana membangun dua tangki penampungan LPG permanen berbentuk "refrigerated" (cair), yakni berkapasitas 160.000 ton di Jawa Barat dan 120.000 ton lainnya di wilayah Jawa Timur. Namun, pembangunan kedua tangki permanen membutuhkan waktu lama, yakni sekitar 2-3 tahun, sehingga Pertamina menempatkan "floating storage" terlebih dahulu. Karena berbentuk "refrigerated," tangki penampungan permanen yang dibutuhkan tidak terlalu banyak, hanya 5-6 unit dengan tingkat cadangan selama 15 hari. Tangki permanen di Jawa Barat akan digunakan memasok kebutuhan LPG di wilayah Jawa bagian barat dan sebagian Jateng, sedang di Jatim buat Jatim sendiri dan sebagian Jateng. BUMN itu telah menandatangani "head of agreement" (HoA) dengan Itochu Corporation dalam pembangunan tangki penampungan permanen di Jawa Barat tersebut. Sedang, untuk tangki LPG permanen di Jatim, Pertamina akan melakukan tender terbatas. Saat ini, sejumlah perusahaan sudah menyatakan minatnya antara lain SK Corp, BP Plc, ConocoPhillips, dan Petronas. Deputi Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan, pihaknya tidak hanya mencari perusahaan yang bisa membangun "storage," tapi juga mampu memberikan jaminan pasokan LPG. Pola pembangunan tangki penampungan permanen itu adalah dibangun dan dibiayai swasta, kemudian Pertamina membayar sewa atas LPG yang dikeluarkan dari "storage" tersebut. Nantinya, lanjut Hanung, Pertamina berkeinginan memiliki saham "storage" tersebut setelah jangka waktu tertentu misalkan lima tahun. Sebagai persiapan menghadapi program konversi, Pertamina bersama swasta juga telah membangun tangki penampungan LPG jenis "pressurized" (bertekanan) di Eretan, Indramayu, Jabar berkapasitas 10 ribu ton. Tangki tersebut diharapkan mulai beroperasi Oktober 2007. Selain itu, Pertamina juga akan membangun tangki serupa dengan kapasitas sama di Semarang, Jateng dan dua lainnya di Jatim yakni di Gresik dan Banyuwangi. Faisal mengatakan, Pertamina juga akan membangun 200-250 stasiun pengisian LPG baru di seluruh Indonesia. "Kami sudah memberi izin pembangunan 30 stasiun pengisian LPG di Jabar dan Jateng ke pihak swasta yang diharapkan beroperasi antara pertengahan sampai akhir tahun 2008," katanya. Menurut dia, sampai pertengahan 2008, stasiun yang ada diperkirakan masih mampu memasok kebutuhan LPG sehari-hari. (*)

Copyright © ANTARA 2007