Jakarta (ANTARA News)- Kurs rupiah Senin pagi melemah karena pelaku kembali melepas rupiah dan membeli dolar AS. Nilai tukar rupiah turun menjadi Rp9.385/9.415 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya Rp9.375/9.410 per dolar AS atau merosot 10 poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan pelaku pasar cenderung membeli dolar AS menjelang pertemuan bank sentral AS (The Fed) mengadakan pertemuan pada pertengahan bulan ini. Spekulasi pelaku pasar membeli dolar AS karena mereka memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga The Federal Fund Rate untuk mendukung pertumbuhan ekonomi AS yang melambat, katanya. Rupiah, menurut dia, berpeluang untuk kembali menguat, apabila The Fed jadi menurunkan suku bunganya yang didukung dengan masuknya kembali investor jangka pendek bermain di pasar saham maupun pasar uang. "Penguatan rupiah hanya tinggal menunggu waktu saja yang diperkirakan akan kembali mendekati posisi Rp9.000 per dolar AS," katanya. Dikatakannya, aktifitas pasar sebenarnya belum begitu ramai, karena pelaku pasar selain menunggu keluarnya indikator ekonomi AS, terutama mengenai harga perumahan, juga mereka fokus pada pertemuan The Fed pada minggu depan. Karena itu, sebagian kecil pelaku lokal melakukan spekulasi beli dolar AS untuk meramaikan pasar yang cenderung melesu, ucapnya. Selain itu, menurut dia, Bank Indonesia (BI) juga secara ketat menjaga rupiah agar tetap berada di bawah level Rp9.400 per dolar AS, meski tekanan pasar masih terus terjadi. "Kami memperkirakan BI akan terus memantau rupiah, karena dikhawatirkan gejolak pasar uang global yang belum reda suatu saat akan muncul, melihat kuatnya tekanan itu," katanya. Rupiah, lanjut ke depan akan kembali membaik yang diperkirakan akan bisa mencapai level Rp9.000 per dolar AS apabila tidak ada hambatan lain yang muncul di pasar. Apabila pasar positif terhadap rupiah diharapkan kenaikan itu tidak berlangsung dalam waktu yang cepat, lebih baik secara perlahan-lahan tapi pasti, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007