"Kami mengharapkan industri manufaktur lebih cepatlah sehingga ekspornya meningkat, karena saat ini pertumbuhan ekspornya masih sangat kecil"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan senang melihat neraca perdagangan dan menilai pertumbuhan impor sudah turun menyusul berbagai kebijakan yang ditempuh pemerintah namun angkanya masih besar.
"Impor walaupun growth-nya turun, tapi yoy masih 14 persen, itu masih terlalu tinggi," kata Sri Mulyani di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin.
Menkeu menyatakan senang perkembangan terkini berdasar laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menuju ke arah membaik dari sisi neraca perdagangan, terutama nonmigas.
"Kondisi September sudah menunjukkan positif, meskipun neraca perdagangan migas masih negatif," katanya.
Ia berharap kewajiban penggunaan biofuel atau B20 akan segera menurunkan impor dan konsumsi BBM di dalam negeri sehingga akhir tahun 2018 diharapkan neraca perdagangan migas sudah positif.
"Trennya sudah benar, meski rate-nya harus diakselerasi lebih cepat," katanya.
Menkeu juga berharap pertumbuhan industri manufaktur lebih cepat sehingga ekspor dapat tumbuh lebih tinggi.
"Kami mengharapkan industri manufaktur lebih cepatlah sehingga ekspornya meningkat, karena saat ini pertumbuhan ekspornya masih sangat kecil, belum meningkat," katanya.
Sebelumnya BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus 230 juta dolar AS secara bulanan pada September 2018. Realisasi ini membaik dibandingkan bulan lalu yang mencatat defisit mencapai 1,02 miliar dolar AS.
Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti menuturkan, surplus neraca perdagangan disebabkan karena jumlah ekspor lebih besar dibanding impornya. Tercatat, ekspor di angka 14,83 miliar dolar AS dan impornya di angka 14,60 miliar dolar AS.
Nilai ekspor sebesar 14,83 miliar dolar AS ternyata menurun 6,58 persen dibanding bulan sebelumnya yakni 15,18 miliar dolar AS.
Baca juga: Nilai impor September 2018 turun 13,18 persen
Pewarta: Agus Salim
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018