Kematian juga memiliki keterkaitan yang erat dengan beragam budaya yang dalam hal itu juga menyangkut banyak aspek. Hal itulah yang menjadikan kematian merupakan sebuah objek yang sangat layak untuk diteliti guna memberikan edukasi kepada publik.

Surabaya (ANTARA News) - Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga Surabaya meraih penghargaan Anugerah Purwakalagrha Indonesia Museum Awards 2018 sebagai museum terunik.

Kepala Museum Etonografi dan Pusat Kajian Kematian FISIP Unair Toetik Koesbardiati, Ph.D di Surabaya, Senin, mengatakan penghargaan yang didapat tak terduga. Namun selama tiga tahun Komunitas Jelajah sebagai penyelenggara telah mengamati proses perkembangan dan inovasi yang dilakukan selama ini.

"Pemberian pengahargaan itu tidak lain merupakan bagian dari berbagai upaya dan inovasi yang dilakukan oleh seluruh pihak Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian FISIP Unair untuk menghidupkan fungsi museum bagi wahana riset atau penelitian," kata dia.

Ditanya mengenai alasan memilih objek kematian sebagai salah satu hal yang diunggulkan dari Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian FISIP Unair, Toetik mengatakan bahwa kematian merupakan siklus hidup yang dekat dengan manusia dan hal yang penting untuk dipikirkan manusia.

"Kematian juga memiliki keterkaitan yang erat dengan beragam budaya yang dalam hal itu juga menyangkut banyak aspek. Hal itulah yang menjadikan kematian merupakan sebuah objek yang sangat layak untuk diteliti guna memberikan edukasi kepada publik," ujarnya.

Kematian juga akan banyak hal yang berpengaruh. Baik sektor ekonomi, sosial, dan budaya itu sendiri. Di Indonesia, budaya dalam proses kematian memiliki keunikan dan keberagaman yang luar biasa. Dan hal itu, masih belum banyak dikaji dan didalami.

"Seperti upacara kematian di Toraja misalnya, kematian bisa menjadi suatu hal untuk mengukur tinggi rendahnya strata sosial seseorang di masyarakat. Hal serupa juga terjadi di upacara Ngaben yang dilakukan masyarakat Bali," ucapnya.

Sementara itu Rektor Unair Prof Nasih mengatakan bahwa pihaknya sangat mengapresiasi prestasi yang telah dicapai oleh Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian FISIP Unair.

"Saya berharap agar semua program studi yang ada di lingkungan Unair memiliki berbagai keunikan dan program yang khas seperti yang dimiliki oleh Program Studi Antropologi dengan mengelola Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian FISIP Unair," ujarnya.

Nasih juga menegaskan bahwa hal dan prestasi yang telah dicapai FISIP itu hendaknya menjadi inspirasi bagi fakultas dan prodi yang lainnya.*

Baca juga: Kemenko Maritim-Unair kembangkan industri cangkang kapsul rumput laut

Baca juga: Rumah sakit terapung Unair bertolak menuju Donggala

Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018