"...keberadaan dan penggunaan fintech saat ini akan sesuai dengan tuntutan masyarat Indonesia dengan posisi geografis yang berbentuk kepulauan..."
Nusa Dua (ANTARA News) - Indonesia melalui Kementerian Koperasi dan UKM menyatakan siap untuk mengedukasi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Tanah Air dengan materi fintech (financial technology) sebagai salah satu bahan bahasan besar dalam pertemuan tahunan IMF-WB.
“Tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini adalah meningkatkan literasi masyarakat terhadap produk keuangan digital," kata Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM, Yuana Sutyowati, di Nusa Dua, Bali, Minggu.
Ia mengatakan teknologi finansial atau fintech berpeluang menjadi platform untuk meningkatkan akses pendanaan bagi segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta keuangan syariah.
Fintech kata dia, juga memiliki fleksibilitas dengan layanan dan produk yang lebih mudah menjangkau konsumen dibandingkan dengan layanan jasa keuangan konvensional.
"Tingkat penetrasi fintech yang tinggi akan mampu menjangkau berbagai lapisan masyarakat, terutama segmen yang tidak memiliki akses terhadap keuangan, seperti UMKM," katanya.
Di Indonesia segmen UMKM berperan besar dalam perekonomian karena menyerap 60 persen dari lapangan pekerjaan dan berkontribusi hingga 40 persen dari PDB.
"Maka keberadaan dan penggunaan fintech saat ini akan sesuai dengan tuntutan masyarat Indonesia dengan posisi geografis yang berbentuk kepulauan dan tersebar luas," katanya.
Terlebih karena fintech bisa bergerak di berbagai lini jasa keuangan, bukan hanya P2P lending.
Ada sektor lainnya, seperti pembayaran, asuransi, tabungan, pengelolaan investasi, hingga pengumpulan dana.
Bank Indonesia mendefinisikan Financial technology/FinTech sebagai hasil gabungan antara jasa keuangan dengan teknologi yang akhirnya mengubah model bisnis dari konvensional menjadi moderat, yang awalnya dalam membayar harus bertatap-muka dan membawa sejumlah uang kas, kini dapat melalui transaksi jarak jauh dengan melakukan pembayaran dalam hitungan detik saja.
Yuana melihat saat ini banyak orang membeli produk keuangan secara digital tapi tidak memahami cara menggunakannya. Oleh karena itu, literasi mengenai produk-produk jasa keuangan harus terus ditingkatkan.
"Kami secara khusus memberikan apresiasi kepada OJK atas terselenggaranya seminar fintech ini dan berharap dapat mengedukasi masyarakat terhadap layanan keuangan berbasis teknologi," katanya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar acara Seminar Fintech Talk di Hotel Ayana, Bali, Jumat 12 Oktober 2018, sebagai salah satu rangkaian acara dalam pertemuan IMF-WB.
Pada kesempatan itu hadir Ketua OJK Wimboh Santoso, Professor Columbia University Joseph Stiglitz, Professor Stanford University John B. Taylor, Chancellor of the Exchequer UK Philip A. Hammond, Tsing Hua National Institute of Financial Research Ma Jun.
Baca juga: Fintech dianggap sebagai hal baru yang seksi
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018