Saya mewakili 13 negara Asia Tenggara yang memang masih under-represented ini akan kami dorong supaya bersama negara berkembang supaya kuota kita meningkat
Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Direktur Eksekutif Dana Moneter Internasional (IMF) Regional ASEAN Juda Agung mendorong kuota atau iuran dari negara-negara berkembang di Asia Tenggara ditingkatkan supaya kepemilikan saham suara di IMF dapat makin besar.
"Saya mewakili 13 negara Asia Tenggara yang memang masih under-represented ini akan kami dorong supaya bersama negara berkembang supaya kuota kita meningkat," kata Juda dalam temu media di Nusa Dua, Bali, Sabtu.
Penataan kembali pembagian kuota IMF saat ini sedang menjalani pembahasan melalui agenda Kajian Umum Kuota ke-15 yang memunculkan komitmen mengenai hal tersebut.
Dalam Pertemuan Tahunan IMF-WBG 2018, proses dari pengkajian tersebut belum memunculkan kesepakatan. Juda memperkirakan penambahan kuota tersebut akan diputuskan paling lambat pada Pertemuan Tahunan IMF-WBG 2019.
Ia menjelaskan adanya agenda penyusunan kembali kuota negara-negara anggota IMF tersebut berangkat dari kebutuhan institusi untuk memperkuat sumber pendapatan agar dapat memberikan bantuan seandainya terjadi krisis global.
"Misalnya seperti Argentina kemarin, sehingga IMF perlu meningkatkan cadangannya dengan penambahan kuota atau iurannya ditambah. Di sisi lain memang negara berkembang di IMF masih under-represented," ujar Juda.
Kuota negara anggota merupakan sumber utama keuangan IMF. Kuota tersebut mencerminkan ukuran dan posisi negara dalam ekonomi dunia. Negara dengan ukuran ekonomi besar mempunyai saham yang lebih besar juga di IMF, sehingga harus berkontribusi lebih besar.
Juda menjelaskan bahwa negara-negara berkembang, seperti China, India, Brazil, dan Indonesia, sahamnya di IMF masih lebih rendah dari yang seharusnya.
"Ini sedang didorong supaya disesuaikan sahamnya dengan dinaikkan. Kalau negara berkembang naik maka (saham) negara maju harus turun, ini yang masih tarik menarik," ujar dia.
Menurut laman IMF, total kuota tercatat sekitar 475,57 miliar Special Drawing Rights (SDR) atau 645 miliar dolar AS dengan kapasitas sumber kredit 652 miliar dolar AS. Kuota dari Indonesia sendiri tercatat sebesar 4,64 miliar SDR dengan kontribusi suara 0,98 persen.
Baca juga: BI Suarakan ke Fed Soal Dampak Normalisasi Moneter
Baca juga: Jack Ma janjikan bantuan pengembangan SDM ekonomi digital bagi Indonesia
Pewarta: Calvin Basuki
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018