Jangan mendengar orang-orang yang hanya bicara. Hal yang terpenting adalah terus kerja, kerja, kerja."

Nusa Dua (ANTARA News) - PT Balai Pustaka (Persero) turut berpartisiasi dalam pameran Paviliun Indonesia dengan menampilkan sejumlah poster berisi kalimat bijak dari tujuh Presiden RI.

Memasuki ruang pamer Paviliun Indonesia, pengunjung akan melihat sudut dilengkapi bangku dengan poster-poster bergambar tujuh Presiden RI.

Simak kutipan kata-kata bijak mereka sebagai berikut:

1. Soekarno (1945-1966)

"Bermimpilah setinggi langit. Jika kamu jatuh, kamu akan jatuh di antara bintang-bintang."

2. Soeharto (1966-1998)

"Kejayaan terbesar kita bukanlah saat kita tidak gagal, tetapi bagaimana kita tetap bangkit setiap kali kita gagal."

3. BJ Habibie (1998-1999)

"Kegagalan hanya akan terjadi jika kita menyerah."

4. KH Abdurrahman Wahid (1999-2001)

"Jika kita ingin berubah jangan tunduk kepada kenyataan. Hal yang terpenting adalah tidak kehilangan keyakinan saat berada di jalan yang benar."

5. Megawati Soekarno Putri (2001-2004)

"Terus bekerja sepenuh hati. Jangan pernah melakukan sesuatu dengan emosional."

6. Soesilo Bambang Yudhoyono (2004-2014)

"Tidak pernah ada hari yang sama dalam kehidupan. Hari ini berbeda dengan kemarin. Mari jadikan hari ini lebih baik."

7. Joko Widodo (2014-sekarang)

"Hidup adalah tantangan. Jangan mendengar orang-orang yang hanya bicara. Hal yang terpenting adalah terus kerja, kerja, kerja."

Buku-buku terbitan Balai Pustaka (ANTARA News/Ida Nurcahyani)

Pojok pameran Balai Pustaka termasuk salah satu sudut favorit para delegasi untuk berfoto. Beberapa di antara mereka, bahkan memotret poster vertuliskan kalimat bijak itu.

"Kita ingin menunjukkan kepada para pengunjung Paviliun Indonesia terutama para delegasi dari mancanegara bahwa sejarah Indonesia tidak lepas dari peran Balai Pustaka. Balai Pustaka ikut membangun karakter bangsa sejak 1917," kata Subiyanto, Corporate secretary Balai Pustaka saat dihubungi Antara di Nusa Dua, Bali pada Sabtu.

Subi menyebutkan dalam pameran tersebut Balai Pustaka juga memiliki misi menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia memiliki pemimpin-pemimpin hebat yang memiliki pikiran tajam dan bijak kepada para tamu dunia.

"Selain itu juga ada buku-buku karya sastra klasik Indonesia seperti Atheis karya Achdiat K Mihardja, Habis Gelap Terbitlah Terang karya RA Kartini yang sudah diterjemahkan Armijn Pane hingga Layar Terkembang karya St Takdir Alisjahbana," kata Subi.

Buku-buku tersebut dijual dengan harga Rp250.000.

Baca juga: Masuki usia 101 tahun, Balai Pustaka targetkan pendapatan sebesar Rp.1 triliun

Baca juga: Balai Pustaka-TVRI garap sinetron "Sitti Nurbaya"

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018