kesediaan berbagi, terutama dengan saudari-saudara kita yang berkekurangan
Magelang (ANTARA News) - Uskup Agung Semarang Monsinyur Robertus Rubiyatmoko mengajak umat Katolik di keuskupan setempat untuk mengembangkan keutamaan untuk menghargai pangan dan kesediaan berbagi, terutama dengan mereka yang berkekurangan.
"Caranya adalah dengan terus mengembangkan keutamaan untuk menghargai pangan dan kesediaan berbagi, terutama dengan saudari-saudara kita yang berkekurangan," katanya dalam Surat Gembala Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang pada Peringatan Hari Pangan Sedunia Ke-36 yang diterima di Magelang, Sabtu.
Hari Pangan Sedunia diperingati sejak 1982 dan jatuh setiap 16 Oktober. Gereja Katolik turut memperingati HPS. Pada peringatan HPS tahun ini, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengajak umat Katolik merenungkan tema "Keluarga sebagai Komunitas Berbagi Pangan".
Terkait dengan tema HPS tahun ini, Uskup Rubi mengajak umat mengungkapkan syukur atas anugerah ketercukupan pangan di keluarga masing-masing.
Secara khusus kepada umat yang bekerja sebagai petani, peternak, atau nelayan, ia mengajak mereka bersyukur, berbangga, dan bergembira karena boleh ambil bagian dalam karya Allah menyejahterakan sesama melalui kerja yang menghasilkan bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap manusia.
"Menjadi petani, peternak, maupun nelayan, bukanlah kerja rendahan. Kerja tersebut sangat mulia dan sangat dibutuhkan oleh banyak orang. Tanpa anda, kebutuhan pokok masyarakat tidak akan ada. Karena itu, sudah selayaknya kita dengan bangga dan sukacita `nggemateni` (merawat dan memelihara) tanaman pangan dan ternak yang kita miliki," kata uskup dalam surat gembala yang disebarluaskan kepada umat Katolik setempat oleh Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Semarang itu.
Keluarga-keluarga yang menjadi pihak yang menikmati hasil jerih lelah petani, peternak, dan nelayan, kata dia, mengembangkan keutamaan untuk menghargai dan menghormati pekerjaan petani, peternak, dan nelayan.
"Dengan cara mengonsumsi makanan dengan ugahari dan tidak membiasakan diri menyisakan serta membuang makanan. Terhadap kecenderungan banyak orang suka membuang makanan, Paus Fransiskus melalui ensiklik Laudato Si mengingatkan kita akan ancaman `budaya membuang` yang mewarnai perilaku hidup kita," ujarnya.
Ia juga mengajak umat untuk mengopeni makanan yang diberikan Tuhan, tanpa pelit berbagi rezeki kepada sesama, khususnya mereka yang membutuhkannya.
Monsinyur Rubi mengemukakan bahwa penanaman dan penghayatan nilai-nilai untuk menghargai pangan sebagai berkat Allah untuk semua makhluk dan semangat solidaritas berbagai pangan memang harus dipupuk.
"Mulai dari tengah keluarga kita hingga meluas kepada komunitas-komunitas atau kelompok-kelompok dalam masyarakat," kata dia.
Ia mengemukakan tentang perlunya umat membangun habitus yang baik terkait dengan pangan mengingat pentingnya masalah pangan bagi seluruh manusia.
Upaya membangun habitus itu, kata dia, misalnya dengan membiasakan berdoa sebelum dan sesudah makan, baik secara pribadi maupun bersama, untuk mensyukuri anugerah pangan dari Tuhan.
Selain itu, katanya, mengusahakan pola makan dan makanan yang sehat, gerakan Jumat pantang makan nasi atau gerakan Jumat mengonsumsi jenis makanan lokal, serta membangun kebiasaan tidak menyisakan dan membuang-buang makanan.
Baca juga: Persiapan Hari Pangan Sedunia sudah 99 persen
Baca juga: Lomba cipta menu pangan dorong diversifikasi pangan
Pewarta: Maximianus Hari Atmoko
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018