Ini novel yang mau bersaksi tentang persoalan besar di negeri ini tentang ideologi negaraYogyakarta (ANTARA News) - Aktor senior asal Yogyakarta Landung Simatupang mementaskan lakon "Arya Pengalasan Masuk Istana" yang dipetik dari novel "The President" karya Budayawan Mohamad Sobary di Gedung Societet, Taman Budaya Yogyakarta, Jumat malam.
Pentas "dramatic reading" dengan judul "Landung Membaca Kang Sobary: Arya Pengalasan Masuk Istana" itu dibawakan Landung bersama aktor lainnya yakni Daru Maheldaswara dan Patah Ansori.
Di dalam lakon ini Landung memetik 4 dari 8 bab pertama Novel karya Ahmad Sobary dengan menciptakan kembali menjadi sebuah monolog dengan penuh penghayatan.
"Ini novel yang mau bersaksi tentang persoalan besar di negeri ini tentang ideologi negara, persoalan persatuan bangsa serta kesetiaan dan ketidaksetiaan terhadap Pancasila," kata Landung.
Menurut Landung, dengan mementaskan Novel itu, akan mampu menyelami perenungan Sobary tentang situasi politik yang betul-betul terjadi saat periode kepemimpinan presiden saat ini.
"Mementaskannya memang agak rumit karena banyak sekali deskripsi daripada dialog. Banyak hal yang tidak mudah misalnya tentang dunia pesantren, tetapi saya merasa banyak orang yang tidak tahu tentang pesantren," kata Landung.
Dalam lakon itu, dikisahkan sosok Presiden yang tak cemas didemo, tak meradang karena difitnah, dan tak merasa takut menghadapi ancaman.
Presiden memiliki anak buah yang loyal dan siap menghadapi segenap kemungkinan datangnya risiko. Dalam pementasan itu, Presiden juga cenderung memilih bersikap diam dan membiarkan para lawan politiknya bebas menanggapi sikap diamnya itu.
Pada bagian awal novel itu juga dikisahkan kemunculan tokoh muda bernama Arya Pengalasan, seorang santri dari Pesantren Slaga Ima yang mumpuni dalam ilmu kanuragan maupun ilmu kajiwan. Tak mengherankan, dialah yang layak dipercaya memanggul tokoh Abah untuk atas nama dunia pesantren mendampingi Presiden.
Budayawan yang juga mantan Pemimpin Umum LKBN Antara Mohamad Sobary mengatakan novel "The President" karyanya merupakan potret situasi politik di Indonesia saat ini yang ia anggap tidak lagi mampu menghadirkan rasa tenteram.
"Memang menggambarkan atau menampilkan kembali situasi itu dengan langgam dan logika novel," kata pria yang akrab disapa Kang Sobary ini.
Melalui Novel itu, ia memotret adanya upaya politisasi agama. Agama tidak digunakan untuk memperdalam iman, penghayatan, dan menebarkan rasa tenteram, namun justru dimanfaatkan sebagai sarana menggapai tujuan politik praktis.
"Agama yang pada dasarnya tenteram, tapi malah dipakai untuk pertempuran," kata dia.
Ia ragu para tokoh politik saat ini mampu memberikan ketenteraman karena kenyataannya yang dimunculkan lebih banyak suara-suara permusuhan, ancaman, fitnah, iri, dan dengki. Sobary berharap novel karangannya mampu membalikkan logika supaya memberikan kesan, pemahaman, serta perasaan tenteram bagi masyarakat.
"Situasi yang tidak bisa diperbaiki oleh politisi semoga bisa diperbaiki oleh dunia kesenian," katanya.
Baca juga: Disertasi puitik Mohamad Sobary raih predikat sangat memuaskan
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018