"Sentimen domestik relatif kondusif, namun saat ini pasar cenderung mencermati situasi eksternal"

Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore bergerak menguat sebesar 33 poin menjadi Rp15.196 dibandingkan posisi sebelumnya Rp15.229 per dolar Amerika Serikat.

Kepala riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa penurunan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) menekan mata uang dolar terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah.

"Dolar AS diperdagangkan di level rendah di pasar global karena imbal hasil obligasi AS menurun," katanya.

Ia menambahkan data harga konsumen AS yang dirilis lebih rendah dari perkiraan juga telah memicu pelemahan dolar, situasi itu memicu pelaku pasar mengurangi keyakinannya bahwa the Fed akan agresif dalam rencana kenaikan suku bunga.

Selain itu, lanjut dia, penguatan rupiah juga dipengaruhi oleh faktor teknikal. Sebagian pelaku pasar mengambil momentum untuk kembali melakukan akumulasi aset denominasi rupiah mengingat dalam beberapa hari terakhir pasar keuangan di dalam negeri cenderung negatif.

"Sentimen domestik relatif kondusif, namun saat ini pasar cenderung mencermati situasi eksternal," katanya.

Baca juga: Sentimen perang dagang kembali picu depresiasi rupiah jadi Rp15.297

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (12/10), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp15.194 dibanding sebelumnya (11/10) di posisi Rp15.253 per dolar AS.

Baca juga: IMF ingatkan risiko peningkatan utang bagi stabilitas ekonomi

Baca juga: Presiden Jokowi ajak dunia hentikan masa kelam perekonomian global

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018