"Headwinds ini telah memunculkan tekanan untuk negara-negara berpendapatan menengah, tidak terkecuali Asia"

Nusa Dua (ANTARA News) - Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi ekonomi Asia akan tumbuh 5,6 persen pada 2018 dan 5,4 persen pada 2019 dan mengingatkan untuk terus waspadai situasi global.

Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Changyong Rhee mengatakan Asia telah membuat kemajuan luar biasa dalam beberapa dekade, dan kini berada di garda terdepan dalam konteks pertumbuhan ekonomi secara global

"Asia menyumbang 60 persen pertumbuhan ekonomi dunia," kata dia dalam konferensi pers di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Jakarta, Jumat.

Inflasi di Asia diperkirakan meningkat menjadi 2,8 persen pada 2018 dan 2,9 persen pada 2019 yang terlihat pada peningkatan harga komoditas, tetapi akan tetap di bawah target untuk beberapa negara.

Di China, fokus pemerintah pada upaya deleveraging untuk menstabilkan keuangan sudah menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Kebijakan ini dianggap tepat.

Namun, kebijakan tarif yang diterapkan baru-baru ini telah menciptakan hambatan tambahan.

Pertumbuhan China diprediksi tetap 6,6 persen pada 2018, namun akan menurun di kisaran 6,4 sampai 6,2 persen pada 2019.

Di Jepang, ekonomi diperkirakan tumbuh 1,1 persen pada 2018. Pertumbuhan diprediksi melambat 0,9 persen pada 2019.

Di India, pertumbuhan akan mencapai 7,3 persen tahun ini dan 7,4 persen pada tahun fiskal 2019, namun perkiraan ini telah direvisi menurun sebesar 0,1 dan 0,4 persen setelah memperhitungkan kenaikan harga minyak, pengetatan kondisi keuangan global, dan peningkatan ketegangan perdagangan.

Sementara di Asia Tenggara, pertumbuhan ekonomi diprediksi melambat namun tetap stabil, disebabkan faktor eksternal yang kurang mendukung.

Indonesia, misalnya, akan mempertahankan pertumbuhannya pada 5,1 persen untuk 2018 dan 2019.

"Pertumbuhan di sebagian besar kawasan, termasuk negara-negara kecil dan negara-negara kepulauan Pasifik diprediksi tetap kuat," ujar Rhee.

Meski demikian, IMF mengingatkan negara-negara Asia Pasifik untuk mewaspadai situasi global yang semakin menantang.

Penguatan dolar AS, kenaikan suku bunga AS, dan harga minyak dunia, serta ketegangan perdagangan telah berkontribusi pada melambatnya aktivitas keuangan dan melemahnya kepercayaan bisnis.

"Headwinds ini telah memunculkan tekanan untuk negara-negara berpendapatan menengah, tidak terkecuali Asia," tutur Rhee.

Baca juga: Presiden Jokowi ajak dunia hentikan masa kelam perekonomian global

Baca juga: Asia Timur diharapkan terus jadi mesin pertumbuhan global

Baca juga: OECD nilai pertumbuhan negara berkembang Asia stabil

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018