Indonesia telah melakukan reformasi dalam beberapa tahun terakhir dengan mengadaptasi kerangka kerja kebijakan moneter, peran fiskal, dan membuka perdagangan bebas. Kami juga mendukung langkah-langkah yang dilakukan Indonesia untuk mendukung stabilit

Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Dana Moneter Internasional (IMF) menilai Indonesia memiliki kapasitas yang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan global.

Deputi Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Kenneth Kang menyebutkan beberapa tantangan eksternal seperti normalisasi kebijakan moneter AS dan penguatan dolar AS telah berdampak pada depresiasi rupiah sebesar 11 persen terhadap dolar AS, tetapi dampak yang sama juga dirasakan Australia dan Selandia Baru.

"Jadi Indonesia bukan satu-satunya negara yang terdampak situasi ekonomi global. Di tengah guncangan ini, fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat," kata Kang dalam konferensi pers di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia, di Nusa Dua, Jumat.

Aliran utang publik sebesar 30 persen dari PDB akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang diprediksi berada di kisaran 5 persen pada 2018 dan 2019.

Cadangan devisa 115 miliar dolar AS, inflasi yang terkendali, dan tingkat kecukupan modal perbankan yang mencapai 22 persen juga menunjukkan kestabilan keuangan Indonesia.

Indonesia, menurut Kang, telah bereaksi tepat terhadap tekanan ekternal dengan memastikan penerapan kebijakan yang memprioritaskan kestabilan ekonomi, dengan menargetkan defisit fiskal yang lebih rendah dan membiarkan nilai tukar menyesuaikan kondisi pasar.

"Indonesia telah melakukan reformasi dalam beberapa tahun terakhir dengan mengadaptasi kerangka kerja kebijakan moneter, peran fiskal, dan membuka perdagangan bebas. Kami juga mendukung langkah-langkah yang dilakukan Indonesia untuk mendukung stabilitas keuangan mikro," kata dia.

IMF baru saja meluncurkan buku "Realizing Indonesia's Economic Potential" tentang kemajuan Indonesia dalam berbagai aspek selama dua dekade terakhir.

Buku tersebut juga memaparkan paket komprehensif reformasi struktural dan fiskal yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah, diantaranya strategi untuk meningkatkan pendapatan tambahan sekitar 5 persen dari PDB yang dapat digunakan untuk mendanai infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan sektor jasa.

Kombinasi reformasi kebijakan yang komprehensif ini akan membantu mendorong investasi dan kegiatan swasta.

"Kombinasi kebijakan ini dapat meningkatkan pertumbuhan Indonesia sebesar 1 persen dalam jangka menengah," kata Kang.

Menurut Kang, Indonesia bisa tetap memiliki ekonomi yang kuat tetapi juga harus waspada dan beradaptasi dengan memberlakukan kebijakan makro ekonomi yang sehat dan reformasi struktural.

Baca juga: IMF: Teruskan kinerja ekonomi positif hadapi guncangan global
Baca juga: IMF ingatkan ekonomi global belum cukup kuat
Baca juga: Menkeu: kemajuan teknologi merupakan peluang untuk pertumbuhan

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2018