Situbondo (ANTARA News) - BPBD Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, mencatat sebanyak 16 rumah rusak ringan termasuk mushola, bangunan layanan kesehatan dan sekolah akibat guncangan gempa di Jawa Timur berkekuatan 6,3 Skala Richter (SR) pada Kamis (11/10) dini hari.
"Setelah kami bersama petugas Pusdalops lainnya menyebar dan menyurvei dampak gempa bumi, dari 16 bangunan itu rata-rata mengalami rusak ringan," ujar Koordinator Pusat Pengendalian Operasi (Pusdal Ops) BPBD Situbondo, Puriyono di Situbondo, Jumat.
Selain itu, lanjut dia, dampak gempa bumi yang terjadi dini hari saat warga sedang terlelap tidur juga menyebabkan seorang warga di Kecamatan Arjasa mengalami patah tulang pada kaki kirinya saat korban berusaha menyelamatkan diri keluar dari rumah ketika terjadi gempa.
Sementara belasan rumah termasuk bangunan layanan kesehatan (polindes) dan mushalla serta bangunan sekolah yang mengalami rusak ringan atau retak-retak pada dinding bangunan, katanya, tersebar di 10 kecamatan.
Di antaranya, Desa Gelung dan Desa Sumberkolak, Kecamatan Panarukan, Desa Tanjung Pecinan, Kecamatan Mangaran, Desa Lamongan dan Desa Jatisari, Kecamatan Arjasa, Kecamatan Kota Situbondo.
Desa Sumberejo dan Desa Sumberanyar, Kecamatan Banyuputih, Desa Blitok, Kecamatan Bungatan, Desa Sumberpinang, Kecamatan Melandingan, Desa Panji Lor, Desa Tenggir dan Kelurahan Mimbaan, Kecamatan Panji, Desa Kalianget, Kecamatan Banyuglugur, dan di Desa Seletreng, Kecamatan Kapongan.
Titik gempa 6,3 SR terletak pada koordinat 7,47 LS dan 114,43 BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 55 km arah timur laut Kota Situbondo dengan kedalaman 12 km.
Guncangan gempa dirasakan cukup kuat oleh masyarakat Situbondo selama 2 hingga 5 detik.
BPBD Situbondo mengimbau kepada masyarakat Situbondo khususnya, agar tidak mudah percaya dengan banyaknya pesan berantai melalui whatsapp (WA) dan tertulis akan ada gempa susulan yang lebih besar.
Baca juga: 3 orang meninggal akibat gempa bumi Jatim
Baca juga: BMKG: gempa Situbondo berjenis dangkal
Pewarta: Novi Husdinariyanto dan Zumrotun Solichah
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018