Pekalongan (ANTARA News) - Wakil Presiden (Wapres) M Jusuf Kalla membantah jika batik telah dipatenkan oleh Malaysia, karena batik sudah menjadi kekayaan warisan budaya (heritage) bangsa Indonesia yang diwariskan nenek moyang secara turun menurun.
"Yang begini (batik) nggak ada hak patennya. Siapa bilang Malaysia punya patennya. Dan Batik Malaysia itu sangat beda sekali motifnya dengan batik Indonesia," kata Wapres M Jusuf Kalla di Pekalongan, Jateng, Sabtu.
Menurut Wapres, batik saat ini sudah menjadi warisan budaya (heritage) sehingga tidak bisa lagi diketahui siapa penemu atau pencipta awalnya.
Sebelumnya dalam dialog pada Pembukaan Pekan Batik Internasional, seorang pengusaha batik Ny Fadilah mempertanyakan apakah benar batik sudah dipatenkan oleh Malaysia. Menurut Ny Fadillah akan sangat ironis jika batik justru telah dipatenkan oleh Malaysia.
Menurut Wapres, untuk sebuah paten itu harus ada persyaratannya seperti siapa penemunya kemudian paten juga ada masanya. Katakanlah 25 tahun atau ada waktu tertentu.
"Batik di Indonesia ini umurnya sudah panjang, jadi sudah boleh dipakai orang. Jadi tidak mungkin seseorang atau suatu negara bisa mengklaim bahwa dialah pencipta batik," kata Wapres.
Karena itu, tambah Wapres, pemerintah membantu dengan membuat tren berupa kebiasaan menggunakan batik dalam berbagai kegiatan.
"Saya tidak yakin Malaysia ada hak paten untuk batik ini. Nanti akan saya cek," kata Wapres.
Lebih lanjut Wapres menambahkan bahwa orang atau negara lain boleh saja mengklaim batik menjadi hak patennya.
"Tapi saya menilai itu sama dengan lagu yang penciptanya
no name atau tahu dan tempe, karena sama sekali tak penuhi persyaratannya," kata Wapres.
Sebelumnya Walikota Pekalongan Mohamad Basyir Ahmad mengatakan sampai saat ini baru ada 90 desain batik yang telah dipatenkan.
"Untuk
event pekan batik internasional ini, kita merencanakan akan mematenkan 200 desain batik yang benar-benar asli kreasi orang Pekalongan," kata Basyir Ahmad.
Di Pekalongan saat ini tercatat sekitar 1.500 s/d 2.000 pengusaha batik yang melibatkan sekitar 40 ribu orang pekerja. Selain itu juga terdapat 380 pengusaha batik asal Pekalongan yang berada dan berusaha di Bali. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007