“Sejauh ini masalah dengan calon mertua itu lebih banyak pada calon pengantin perempuan dibanding pria,” tegas Marketing Manager The Bride Dept Putri Arindra dalam acara bedah buku "The Ultimate Wedding Guide" di Jakarta, Kamis.
Putri menyebutkan bahwa calon pengantin lelaki jarang bermasalah dengan calon mertua.
“Kalau pun ada masalah itu hanya lebih pada masalah ekonomi atau profesi. Dan rata-rata hal itu tidak begitu menjadi masalah ke depannya,” imbuhnya.
Baca juga: Sebelum menikah, perhatikan hal ini
Berbeda dengan perempuan, sambung Putri, secara natural perempuan memiliki sifat kompetitif.
“Seorang ibu cenderung posesif terhadap anak lelakinya. Ia menganggap anak lelaki masih kecil dan memikirkan apakah pasangan sang anak ini mampu merawat anaknya. Jadi, calon menantu dan mertua perempuan itu sering bermasalah,” ungkapnya.
Putri menyebutkan bahwa ada tiga hal yang memicu konflik dengan calon mertua.
“Masalah Ras. Biasanya muncul stereotip terhadap ras tertentu. Misalnya suku tertentu itu lebih blak-blakan. Agar stereotip itu tidak menganggu hubungan, ajaklah pasangan untuk lebih dekat kepada calon mertua,” sarannya.
Kemudian, soal generasi. Misalnya, ibu zaman dulu itu fokusnya untuk keluarga. Tapi, sekarang pasangan itu bekerja.
“Saat ini tengah tren self love, artinya jika kita dapat mencintai diri sendiri, maka kita dapat mencintai orang lain. Yakinkanlah kepada calon mertua bahwa diri kita tetap bekerja dan menjalankan kodrat sebagai istri dan ibu,” ungkap Putri.
Selanjutnya adalah cara komunikasi. Mengertilah kondisi mereka yang lebih tua.
“Kita dapat membawa hantaran untuk calon mertua. Hal itu sebagai bentuk perhatian kita kepada mereka,” pungkasnya.
Baca juga: Membicarakan budget pernikahan dapat meminimalisasi konflik dengan pasangan
Pewarta: Anggarini Paramita
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018