"Yang 24 ini sudah fix menyatakan tidak sanggup untuk aktif kembali"

Singaraja (ANTARA News) - Sebanyak 24 dari 344 unit koperasi di Buleleng, Bali, mengalami pailit dan akan diajukan ke pemerintah pusat untuk dicabut perizinan badan hukum mereka, karena benar-benar tak bisa bangkit kembali.

"Sebelum diajukan untuk dicabut perizinan badan hukumnya, kami sudah dua kali melakukan pengumuman sejak tahun 2017," kata Kepala Dinas Koperasi UMKM Kabupaten Buleleng I Nyoman Swatantra di Singaraja, Buleleng, Bali, Kamis.

Saat diumumkan, kondisi koperasi pada tahun 2017 terdapat 35 unit koperasi di Buleleng yang masuk dalam kategori tak aktif. Dari 35 unit yang diumumkan tidak aktif, delapan diantaranya kembali bangkit, bahkan sudah ada yang melakukan rapat anggota.

Sisanya, sebanyak 27 unit koperasi yang tak aktif kembali diumumkan di bulan September. Setelah diumumkan terdapat tiga unit koperasi menyanggupi untuk aktif kembali, sehingga sisa koperasi yang tak aktif sebanyak 24 unit.

"Yang 24 ini sudah fix menyatakan tidak sanggup untuk aktif kembali. Untuk itu, akhir bulan ini segera kami ajukan ke pusat untuk dicabut badan hukumnya. Keputusannya nanti langsung dari Menteri Koperasi dan UMK RI yang biasanya dilakukan akhir tahun," kata Swatantra.

Menurut Swatantra, koperasi yang pailit lebih banyak disebabkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola koperasi yang masih rendah, sehingga sering terjadi ketidakseimbangan antara kredit dan tabungan, ditambah persoalan kredit macet yang menyebabkan koperasi tak bisa melakukan kegiatan secara normal hingga akhirnya bangkrut.

"Dinas Koperasi dan UMKM Buleleng, secara rutin melakukan pembinaan terhadap sejumlah koperasi yang masuk dalam daftar tidak sehat, bahkan sudah tidak aktif. Misalnya melakukan pelatihan untuk meningkatkan kwalitas SDM pegawai dan pengelola koperasi," katanya.

Pada Selasa (9/10), pihaknya menggelar diklat penilaian kesehatan koperasi yang diikuti 30 pengurus koperasi di Buleleng agar koperasi di Buleleng bisa menjadi solusi masalah perekonomian masyarakat kecil dan menengah.

Secara terpisah, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Buleleng, Made Subur, mengatakan warga Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt, Buleleng, Bali, ramai-ramai menanam pohon kelor (moringa oleifera) di pekarangan rumah dan lahan kosong agar desa itu menjadi penghasil daun kelor terbesar di Buleleng.

"Ada sekitar 600 pohon kelor ditanam di Desa Lokapaksa. Tiap rumah ada kelor. Semua tanah yang kosong ditanami kelor, sehingga Lokapaksa nanti bisa dikenal dengan desa kelor," kata Made Subur.


Baca juga: Pengamat: kunci sukses era industri 4.0 pada koperasi

Baca juga: IMF-WB - Survei: UMKM Indonesia paling banyak serap tenaga kerja

Pewarta: Naufal Fikri Yusuf
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018