Raja Kesultanan Kasepuhan Cirebon, Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat di Cirebon, Rabu, mengatakan, untuk menarik minat kalangan muda dan wisatawan, Keraton Kasepuhan menyulap suasana Museum Pusaka layaknya seperti tempat-tempat modern, terang, segar, sejuk, bersih dan tertata apik.
"Anak muda sekarang senangnya ke pusat perbelanjaan. Karena itulah kita membuat suasana Museum Pusaka yang mirip pusat perbelanjaan yang rapi, bersih dan dingin," kata Sultan Arief.
Menurutnya Museum Pusaka yang modern ditujukan kepada generasi muda untuk meneladani masa lalu. Dengan suasana dan desain Museum Pusaka yang rapi, bersih dan sejuk diharapkan membuat kalangan muda tertarik untuk mempelajari masa lalu sebagai inspirasi ke depan.
"Tujuannya, lahir generasi yang berkebudayaan Nusantara," ujarnya.
Tak hanya itu Museum Pusaka Keraton Cirebon juga ditujukan untuk menarik minat wisatawan asing, terlebih kata Sultan, Bandara Internasional Kertajati yang tengah dibangun memungkinkan wisatawan berbagai negara langsung terbang ke Cirebon.
Maka keberadaan Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon, selain untuk belajar generasi muda mengenal budaya leluhur, juga untuk memicu devisa sektor pariwisata budaya.
Arief mengatakan penempatan pusaka berdasarkan periode waktu, dimulai dari koleksi terlama. Dengan cara tersebut, pengunjung seakan memasuki sejarah Keraton Cirebon mulai dari Pangeran Cakrabuana pada masa Galuh Pajajaran, masa Sunan Gunung Jati, hingga Sultan Cirebon setelahnya.
Pangeran Cakrabuana di abad XIII-XIV bisa dikenali lewat tinggalan pusaka antara lain Keris Sempana, Keris Brojol, Keris Sempaner, Keris Pandita Tapa, Keris Santan, dan Keris Bima Kurda.
Senjata khas Sunda yaitu Kujang Wayang pada masa Galuh Pajajaran dengan bentuk yang begitu artistik juga ditampilkan. Badik, senjata yang selama ini identik dengan Sulawesi juga ternyata sudah ada sejak masa Prabu Siliwangi.
Masyarakat juga bisa menyaksikan senjata pusaka dari tokoh paling terkenal Kesultanan Cirebon, Sunan Gunung Jati. Tokoh utama penyebar agama Islam di daratan Jawa ini meninggalkan sejumlah pusaka yang dibuat pada masa 1479-1597 M yaitu Keris Dholog, dan Keris Tilam Upih.
Dalam museum ini juga dipamerkan Peti Mesir yang dibawa oleh Sunan Gunung Jati dan Ibundanya dari Mesir ke Cirebon. Sunan Gunung Jati adalah putra pasangan Raja Champa, Sultan Syarif Abdullah dan Nyai Rara Santang, putri Raja Siliwangi.
Baca juga: Gubernur Jabar buka Festival Keraton Nusantara Ke-11 di Cirebon
Baca juga: Forum Silaturahmi Keraton Nusantara gelar pawai budaya
Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018