Bangkok (ANTARA News) - Amnesti Internasional menyerukan kepada junta Myanmar untuk membebaskan sekitar 150 orang yang ditahan berkaitan dengan aksi protes damai yang dilakukan untuk menentang peningkatan harga bahan bakar minyak yang membubung tinggi. Mereka mengatakan bahwa para tahanan itu beresiko dianiaya dan disiksa. "Amnesti Internasional menyerukan pemerintah Myanmar agar segera membebaskan semua tahanan itu, kecuali jika mereka akan dituduh melakukan kejahatan," kata kelompok hak-hak asasi manusia (HAM) itu dalam pernyataannya Jum`at. Amnesti mengatakan, lebih dari 150 pemrotes telah ditahan oleh junta militer berkaitan dengan serangkaian aksi demo yang jarang terjadi, yang dimulai di ibukota perdagangan Myanmar, Yango, pada 19 Agustus dan kemudian menyebar ke bagian-bagian lain dari negara tersebut. Aksi-aksi protes itu terjadi setelah pemerintah junta militer menaikkan harga bahan bakar minyak dua kali lipat pada 15 Agustus lalu, yang membuat banyak pekerja tak bisa naik bus untuk bekerja di negara tergolong miskin, yang dulu dikenal sebagai Burma itu. Para jenderal yang berkuasa sejak 1962, memerintah negara ini dengan tangan besi dan tidak menoleransi dan bahkan meremehkan adanya perbedaan pendapat umum. Tahanan terakhir termasuk Min Ko Naing, yang dianggap sebagai pemimpin pro-demokrasi paling terkemuka di Myanmar setelah ditahannya pemimpin oposisi dan pemenang Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi. Min Ko Naing dan 12 aktivis dijebloskan ke penjara Insein yang terkenal paling kejam di Myamnar, di Yangon utara. Di penjara ini diperkirakan terdapat sekitar 1.100 tahanan politik. Kelompok-kelompok HAM mengatakan penyiksaan terjadi secara merejalela di Insein. Amnesti mengatakan, para tahanan baru juga `beresiko untuk disiksa dan penganiayaan lainnya, yang dilaporkan biasa terjadi pada saat dilakukan interogasi dan penahanan sebelum diajukan ke pengadilan di Myanmar." "Pihak penguasa juga harus menjamin bahwa tak seorang pun dari mereka disiksa atau dianiaya di tahanan, memberikan perawatan medis bagi mereka yang cedera selama kekerasan dalam membubarkan demonstrasi," katanya. Pada Kamis lalu, beberapa pemrotes yang ditahan melancarkan aksi mogok makan berkaitan tuntutannya diberikan layanan medis bagi rekan-rekannya yang kakinya patah ketika dia ditahan setelah menggelar aksi protes pada 28 Agustus lalu. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007