Camp Pendleton, California (ANTARA News) - Seorang anggota Marinir AS yang dituduh membunuh 17 orang Irak menembak hingga tewas lima pria tak bersenjata telah meminta seorang temannya sesama prajurit untuk membantu menutupi pembunuhan tersebut, demikian dakwaan yang diajukan di satu pengadilan di Camp Pendleton, California, Jumat. Kopral Sanick DeLa Cruz mengatakan ia melihat Sesan Frank Wuterich melepaskan tembakan ke arah lima pria, sebagian di antara mereka telah mengangkat tangan, tak lama setelah satu serangan bom di pinggir jalan di kota kecil Haditha pada 19 November 2005. Jaksa penuntut mengatakan Wuterich memimpin beberapa prajurit Marinir dalam pembantaian di Haditha, yang menewaskan 24 orang Irak sebagai pembalasan atas serangan bom yang merenggut jiwa seorang rekan mereka. Proses awal pengadilan di pangkalan Marinir, Camp Pendleton, akan memutuskan apakah Wuterich akan menghadapi mahkamah militer atas pembunuhan itu atau tidak. DeLa Cruz, yang merupakan salah satu dari empat prajurit Marinir yang mulanya dituntut melakukan pembunuhan sebelum mendapat kekebalan sebagai imbalan bagi kesaksiannya, mengatakan Wuterich menembak lima orang yang berdiri di dekat satu mobil yang diparkir di pinggir jalan di dekat lokasi bom. "Mereka hanya berdiri di sana, sebagian dengan tangan terikat ... Kemudian saya melihat seorang di antara mereka menjatuhkan diri ke tanah," kata DeLa Cruz. "Saya mendengar beberapa bunyi dor --dor, dor, dor. Saya menengok dan melihat Sersan Wuterich berlutut sambil memegang senjatanya dan menembak ke arah mereka." DeLa Cruz sendiri kemudian melepaskan beberapa tembakan ke tumpukan mayat tersebut sebelum Wuterich mendekati mayat-mayat tersebut dan melepaskan masing-masing satu tembakan ke satu mayat. "Ia mendekati setiap pria Irak itu dan menembak mereka satu demi satu," kata DeLa Cruz. Beberapa jam setelah pertumpahan darah tersebut, Wuterich mencari DeLa Cruz dan minta dia agar berbohong kepada penyelidik kalau ia ditanyai mengenai korban jiwa itu. "Ia minta saya agar jika seseorang bertanya mengenai kelima orang Irak itu, maka saya harus mengatakan bahwa mereka melarikan diri dan tentara Irak menembak mereka," kata DeLa Cruz. Wuterich juga mendesak DeLa Cruz agar berdusta mengenai beberapa korban jiwa pada tiga peristiwa lain, kata DeLa Cruz. Ditambahkannya, ia telah melaksanakan rencana tersebut. "Saya tak ingin teman saya menghadapi masalah," katanya. Dalam penyelidikan-ulang oleh Letnan Kolonel Colby Vokey, DeLa Cruz membantah bahwa ia bertanggung jawab karena melepaskan lima tembakan ke lima orang Irak. "Kamu tidak melepaskan tembakan pertama?" Vokey menanyakan. "Tidak, Pak," jawab DeLa Cruz. Namun DeLa Cruz mengaku ia mengencingi salah satu mayat pria Irak itu. "Saya tahu itu salah, tapi saat itu emosi saya tinggi," katanya. "Saya tak berpikir jernih. Itulah yang menyebabkan saya melakukannya. Dan saya menduga pria-pria tersebut bersalah karena Sersan Wuterich telah menembak mereka," katanya. Sebelumnya, DeLa Cruz mengenang percakapan yang dilakukannya dengan Wuterich sekitar satu pekan sebelum pembunuhan itu, tak lama setelah kelompok Marinirnya diberitahu bahwa seorang rekan mereka telah cedera dalam satu pemboman lain di pinggir jalan. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007