Darwin (ANTARA News) - Dua sekolah Indonesia, SMA Negeri 10 Padang dan SMP Negeri 5 Yogyakarta, menjalin kerja sama pertukaran informasi proses belajar mengajar dengan empat SMA di Darwin, Northern Territory (NT), Australia, melalui apa yang disebut
travel mate.
Sekretaris I/Pensosbud Konsulat RI Darwin Buchari Hasnil Bakar kepada ANTARA News, Sabtu, mengatakan,
travel mate itu merupakan pertukaran informasi antarpelajar dari sekolah-sekolah yang bermitra untuk membahas masalah pendidikan, kebudayaan, dan pariwisata di kedua negara.
"Kerja sama para pelajar kita dengan mitra mereka di Darwin ini sudah berjalan sejak Juni 2007 menyusul kunjungan kepala sekolah dan murid SMA Negeri 10 Padang serta guru SMP Negeri 5 Yogyakarta pada Mei dan Juni lalu," katanya.
Kerja sama
sister school (sekolah kembar) SMA Negeri 10 Padang dengan Essington School Darwin, dan SMP Negeri 5 Yogyakarta dengan SMA Negeri Darwin, Alice Springs, dan Anzac Hill dengan memanfaatkan sarana internet ini baru pertama kali dikembangkan di Northern Territory, katanya.
"Hal ini justru menjadi terobosan baru untuk menyiasati kesulitan guru dan murid sekolah negeri di Australia untuk berkunjung ke Indonesia karena masih diberlakukannya
travel advisory (saran tidak melakukan perjalanan-red.) oleh Pemerintah Australia kepada warganya yang akan berkunjung ke Indonesia," katanya.
Dalam Nota Kesepahaman (MoU) antarsekolah tersebut, disepakati pengaturan pola kerja sama antarpelajar yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan.
"Sebagai contoh, para pelajar kelas tujuh (setara dengan kelas satu SMP) didorong untuk saling bertukar informasi mengenai cerita-cerita legenda di kedua wilayah, kelas delapan (setara dengan kelas dua SMP) didorong untuk memaparkan masalah budaya, dan pelajar kelas sembilan (setara dengan kelas tiga SMP) menceritakan masalah kepariwisataan dan perjalanan wisata melalui jaringan internet," katanya.
Menyinggung tentang program pertukaran guru dan murid antara Indonesia Timur dan NT Buchari mengatakan, sejauh ini program yang sudah berjalan sejak lama dan mendapat dukungan pemerintah setempat hanya berjalan satu arah dari Indonesia ke NT akibat adanya
travel advisory.
"Sejak insiden bom Bali 2002 dan 2005, para guru dan murid sekolah negeri di Northern Territory tidak lagi dikirim ke sekolah di Indonesia. Tapi, guru dan pelajar kita tetap mendapat kesempatan untuk melanjutkan program ini dengan jumlah empat guru dan delapan murid setiap tahunnya yang diambil dari daerah Bali, Lombok (NTB), NTT, dan Maluku," katanya.
Tahun ini, seluruh peserta program pertukaran guru dan murid tersebut tersebar di SMA-SMA yang ada di wilayah Darwin, Alice Springs, dan Nhulunbui. Para guru asal SMA-SMA di kawasan timur Indonesia itu mengajar Bahasa Indonesia dan mempelajari sistem pendidikan di NT, kata Buchari.
Sementara itu, dalam pertemuan dengan para peserta program guru dan murid yang didampingi pihak Departemen Pendidikan setempat, Konsul RI Darwin, Harbangan Napitupulu, berharap program ini tidak terganggu oleh adanya
travel advisory Pemerintah Australia terhadap rakyatnya yang ingin berkunjung ke Indonesia. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007