"Kami saat ini membuat satu program pejemputan pasien ke kantong-kantong pengungsi demi menyelamatkan korban lebih banyak," kata Direktur RSD Madani Palu Nirwansyah Parampasi saat ditemui di lokasi, Selasa.
Program yang bernama "mobile emergency service" ini untuk mengganti sistem sebelumnya yang hanya menerima rujukan dari relawan atau keluarga korban saat awal-awal pascabencana pada 28 September 2018.
Setelah tiga hari melakukan dengan sistem biasa, ternyata ada penurunan jumlah pasien. Ternyata setelah dipelajari banyak pasien yang di posko pengungsian yang tidak bisa merapat ke fasilitas kesehatan karena tidak ada kendaraan hingga akses roda empat yang sulit tembus,
"Karena itu kami membentuk program ini seperti pemberangkatan ke Pakuli, Sigi, untuk bisa selamatkan lebih banyak orang," kata Nirwansyah.
Rumah Sakit Madani yang berada di wilayah Mamboro Kota Palu ini berada sekitar 1,5 kilometer (km) dari tepi pantai namun selamat dari gempa berkekuatan 6 magnitudo dan 7,4 magnitudo mengguncang perairan di sekitar Teluk Palu yang disusul tsunami pada 28 September 2018. Letaknya cukup tinggi dari garis pantai hingga tidak tersapu tsunami yang tinggi maksimumnya hingga empat meter.
Kendati demikian, rumah sakit yang juga melayani kesehatan jiwa ini tetap mengalami kerusakan di sana-sini seperti lantai keramik yang rusak. Bagian teras dari salah satu bangunan yang jatuh, pipa air yang pecah dan generator besar 640 KVA mengalami kerusakan.
Walau mengalami kerusakan, sejak kejadian bencana alam di Sulawesi Tengah tersebut, rumah sakit ini tetap beroperasi walau dengan kondisi sangat minimal karena SDM yang kurang.
Namun UGD tetap buka dan menangani keamanan jiwa pasien. Kemudian dua hari pascagempa relawan sudah mulai masuk.
"Jadi RS bisa berjalan walau tak maksimal karena kemarin terkendala listrik. Kami genset punya hanya BBM sulit didapat dan kami hidupkan di ruang operasi, instalasi gizi dan IGD. Untuk obat itu, kami aman akan tetapi seiring berjalannnya waktu sempat menipis namun syukur banyak masuk bantuan sehingga bisa terpenuhi sepenuh," ujarnya.
Pada Jumat (28/9) petang, gempa besar mengguncang wilayah Palu dengan kekuatan 7,4 magnitudo yang disusul dengan terjangan gelombang tsunami setinggi tiga hingga empat meter di sepanjang garis pantai Donggala hingga Kota Palu dan menyebabkan ribuan orang menjadi korban.
Baca juga: Anak-anak korban gempa ingin sekolah kayu
Baca juga: Kegiatan belajar mengajar belum berjalan pascagempa
Baca juga: Korban gempa dan tsunami di Sulteng 2.010 orang
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018