"Kami harapkan hasil-hasil paten kami ke depannya bisa lebih dikerjasamakan dengan pihak industri," kata Kepala Badan Riset dan SDM Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sjarief Widjaja dalam acara bertajuk Kebangkitan Riset Kelautan dan Perikanan Indonesia di Gedung Mina Bahari Kantor KKP Jakarta, Selasa.
Menurut dia, pihak KKP mendorong "research center" atau pusat riset menjadi lembaga independen yang berorientasi untuk menyelesaikan permasalahan di tengah masyarakat melalui pengelolaan sumber daya alam di Nusantara.
Sjarief memaparkan saat ini terdapat 47 pusat riset yang rata-rata memiliki luas lahan masing-masing sekitar 10-120 hektare, serta potensi yang luar biasa untuk dapat dimanfaatkan guna pengembangan penelitian perikanan.
"Kami mengundang teman-teman industri untuk memanfaatkan lahan seperti untuk technopark dan kerja sama produk riset," tuturnya.
Dengan demikian, maka hasil produk riset setelah dikembangkan di dalam pusat riset setelah beberapa lama, maka selanjutnya bisa dikomersilkan ke depannya.
Ia juga mengemukakan bahwa KKP telah mendorong semacam kluster perikanan yang bermanfaat bagi perekonomian nasional, seperti di Ciseeng, Bogor, Jabar, ada kluster untuk produksi ikan gabus yang hasil ekstraknya bisa menjadi albumin untuk industri farmasi dan obat-obatan dalam negeri.
Sebelumnya, Sjarief Widjaja mengingatkan pelaku usaha perikanan nasional bahwa peluang untuk mengisi pasar domestik sangatlah besar dan saat ini belum digarap optimal.
"Kalau kita mampu berkonsentrasi kepada pasar domestik, sebenarnya pasar perikanan kita sudah rampung," kata Sjarief Widjaja di Jakarta, Senin (24/9).
Menurut dia, sebenarnya pasar terbesar yang bisa digarap adalah di dalam negeri dan bukannya ekspor ke luar negeri.
Sjarief mengingatkan bahwa populasi Indonesia sekitar 263 juta jiwa dengan konsumsi ikan hingga 32 kg per kapita per tahun.
Baca juga: Presiden minta KKP tingkatkan industri perikanan
Baca juga: Perguruan tinggi-pemerintah-industri harus terintegrasi kelola perikanan
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2018