Jakarta (ANTARA News) - Kondisi infrastruktur yang masih lemah di Indonesia dianggap sebagai biang keladi kenaikan harga barang-barang pokok sehingga jika investasi di bidang itu tidak segera ditingkatkan, sulit bagi pemerintah untuk menekan faktor-faktor pendorong inflasi, terutama faktor musiman, seperti menjelang bulan puasa dan hari raya. "Meski sekarang pasokan barang cukup, proses distribusi yang terhambat tetap akan mengerek harga. Oleh karena itu rantai distribusi harus diperbaiki sehingga `dropping` barang dapat terjadi lebih baik," kata Direktur Perencanaan Makro Ekonomi Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang Priyambodo, di Jakarta, Jumat. Menurut dia, faktor musiman memang akan sulit dihindari pengaruhnya pada kenaikan harga-harga, namun besarannya dapat dijaga pada level yang sangat kecil jika kedua prasyarat, yaitu pasokan dan distribusi barang, terjamin. "Ini juga termasuk ketersediaan `buffer` atau cadangan barang," jelasnya. Menjelang bulan puasa yang dimulai pada 13 September mendatang, harga-harga sembako di beberapa daerah mulai mengalami kenaikan. Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) dalam beberapa kesempatan mengatakan bahwa dalam keadaan normal, inflasi akibat pengaruh hari raya dan bulan puasa mencapai kisaran 2 persen. Inflasi pada Juli kemarin tercatat 0,72 persen, dengan inflasi tahun berjalan 2,81 persen, dan inflasi year-on-year 6,06 persen. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2007, pemerintah dan DPR menyepakati target inflasi 2007 adalah 6,0 persen. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007