Palu (ANTARA News) - Direktur Eksekutif Greenpeace International Jennifer Morgan menyebut dunia sedang terbakar karenanya harus mengurangi separuh emisi global dalam dekade berikutnya.
Untuk menghindari lebih banyak lagi kebakaran tragis, badai hebat dan korban jiwa, Jennifer dalam keterangan tertulis diterima di Palu, Senin, mengatakan bahwa dunia harus mengurangi separuh emisi global dalam dekade berikutnya.
Ini adalah tantangan besar, tetapi dapat dilakukan dan biaya untuk tidak mengikuti jalan yang benar adalah masalah hidup dan mati bagi jutaan orang di seluruh dunia, terutama yang rentan, katanya.
"Laporan IPCC ini adalah laporan ilmiah iklim paling unik dan penting yang kami miliki. Pemerintah dan para pemimpin perusahaan tidak memiliki tempat untuk bersembunyi dan harus menunjukkan bahwa mereka memahami sains dengan bertindak sesuai dengan kemendesakan yang menuntutnya. Tapi kita semua punya peran. Setiap orang harus melakukan segala daya untuk mengubah arah dan mengikuti rencana yang termasuk dalam laporan IPCC," ujar dia.
IPCC merupakan singkatan dari Inter-governmental Panel on Climate Change atau Panel Antar-pemerintah tentang perubahan iklim. IPCC bisa juga disebut sebagai Dewan iklim PBB.
IPCC adalah badan internasional terkemuka untuk penilaian perubahan iklim yang tersusun dari 195 anggota negara yang ada di dunia, serta ribuan ilmuwan pakar internasional secara sukarela menganalisis perubahan iklim di bumi dan menyarankan tindakan penanggulangan.
IPCC memiliki misi untuk mengevaluasi resiko dari perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
IPCC didirikan pada tahun 1988 oleh dua organisasi PBB, World Meteorological Organization (WMO) dan United Nations Environment Programme (UNEP).
Penasihat Kebijakan Senior di Greenpeace Nordic Kaisa Kosonen mengatakan apakah semua akan sampai di sana tepat waktu. Tidak ada yang tahu.
"Ini adalah wilayah yang belum dipetakan yang kita tuju. Yang penting sekarang adalah kami memutuskan untuk mencoba dan menjadikannya prioritas utama kami," lanjutnya.
Hanya kemudian apakah semua memiliki kesempatan untuk melindungi diri dari dampak yang menghancurkan yang sains katakan, yang akan mulai berakselerasi setelah 1,5 derajat celsius, ujar dia.
"Mereka yang mengatakan itu tidak realistis sebenarnya mengatakan kepada kita untuk menyerah pada orang, menyerah pada spesies, menyerah pada planet kita yang luar biasa. Kami tidak akan menerima hal tersebut. Kami tidak menyerah pada kecerdikan manusia, keberanian atau harapan untuk melawan politik yang apatis dan keserakahan perusahaan. Demi kita, kami tidak akan pernah menyerah. Kami bertekad untuk berhasil," ujar dia.
Penasehat Politik Greenpeace Asia Tenggara Yuyun Indradi mengatakan 2018 ini adalah tahun penting untuk Indonesia dan IPCC telah menyediakan rujukan baru bagi para pembuat kebijakan, untuk lebih ambisius dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.
Rujukan tersebut perlu diterjemahkan dalam rencana pembangunan yang baru dan kampanye politik para calon presiden.
Batubara telah meracuni Indonesia, baik dari aspek lingkungan hidup, ekonomi dan politik. Untuk itu perlu ada langkah progresif untuk segera mengakhiri era batubara dan memasuki era energi yang lebih bersih dan hal ini perlu disegerakan.
"Membangun bukan berarti kita mempunyai hak istimewa untuk menghasilkan emisi lebih banyak, tetapi harusnya membawa perbaikan secara menyeluruh, karena ini adalah perkara kemanusiaan," ujar dia.
Laporan IPCC dirilis ketika aktivis Greenpeace Asia Timur membentangkan spanduk dari gedung tempat konferensi pers akhir IPCC diadakan untuk mengirim pesan harapan ke seluruh dunia.
Pesan spanduk tertulis "Kami masih memiliki harapan, aksi untuk iklim sekarang". Untuk mendukung tuntutan bagi para pemimpin dunia untuk mendengarkan laporan otoritatif IPCC dan secara fundamental meningkatkan rencana aksi iklim mereka.
Laporan IPCC sekarang akan langsung dimasukkan ke dalam Dialog Talanoa yang akan berakhir pada pembicaraan iklim tahunan PBB pada bulan Desember 2018 (COP24) dan memandu pemerintah dalam meningkatkan rencana aksi iklim mereka.*
Baca juga: Greenpeace temukan 700 merek sampah plastik di pantai
Baca juga: Greenpeace tegaskan tidak antisawit
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018