Untuk penyampaian informasi bencana ini harus dilakukan dengan baik agar tidak menakut-nakuti masyarakat

Yogyakarta (ANTARA News) - Pakar Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Wahyu Wilopo berharap peta rawan bencana tsunami dan gempa bumi yang akan disusun Badan Geologi Kementerian Energi, dan Sumber Daya Mineral dikemas dengan bahasa yang lugas dan mudah dimengerti sehingga tidak justru membuat khawatir masyarakat.

"Untuk penyampaian informasi bencana ini harus dilakukan dengan baik agar tidak menakut-nakuti masyarakat," kata Wahyu Wilopo saat dihubungi di Yogyakarta, Senin.

Menurut Wahyu, informasi mengenai ancaman bencana pada dasarnya merupakan informasi publik, di mana semua masyarakat berhak untuk mendapat informasinya. Dengan demikian, informasi tersebut juga perlu dipasang di ruang-ruang publik.

"Akan lebih baik jika hasil penelitian tersebut juga dipasang di lokasi di mana daerah tersebut mempunyai ancaman bencana yang tinggi seperti rambu-rambu jalan ataupun papan reklame sehingga semua orang tahu," kata Wahyu.

Menurut dia, saat ini Badan Geologi maupun instansi pemerintah lainnya telah melakukan penelitian tentang ancaman bencana di beberapa wilayah Indonesia. Namun hasil penelitian tersebut belum sampai ke seluruh pemangku kepentingan terkait.

"Atau kemungkinan sudah sampai tetapi tidak dipakai untuk dasar penyusunan tata ruang," katanya.

Selama ini, menurut dia, karena keterbatasan informasi, banyak pihak, khususnya investor membangun di suatu wilayah tetapi mereka tidak mengetahui potensi ancaman bencana yang mungkin terjadi di wilayah tersebut.

"Selain itu, masih banyak penyusunan tata ruang di daerah yang belum memperhatikan aspek kebencanaan di dalamnya," kata dia.

Sebelumnya, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar berupaya memetakan wilayah Indonesia yang memiliki potensi kebencanaan tinggi meski gempa bumi belum bisa diprediksi kapan akan terjadi, di mana dan berapa besar magnitudonya.

"Pada dasarnya dari mulai Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku hingga Papua memiliki potensi kebencanaan, umumnya gempa karena berada pada jalur sesar yang panjang," kata Rudy di Jakarta, Rabu (3/10).

Baca juga: BPPTKG belum akan revisi peta KRB Merapi
Baca juga: Lombok Barat Buat Peta Digital Rawan Bencana

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018