Jakarta (ANTARA News) - Pengenaan tarif tol sebaiknya jangan membuat investor dan kalangan perbankan ragu untuk berinvestasi dalam pembangunan jalan tol. Hal tersebut dikatakan Direktur Manajemen Resiko Bank Mandiri, Sentot A. Sentausa, di Bandung, Jumat, menanggapi kenaikan tol untuk JORR yang saat ini menjadi polemik di masyarakat. "Sebab satu-satunya pendapatan dari investasi jalan tol ya tarif tol, dan tidak ada jaminan lain," katanya. Ia mengatakan, pengenaan tarif untuk jalan tol sebaiknya sesuai dengan pasar sehingga menggairahkan perbankan untuk berinvestasi pada pembangunan jalan tol. Untuk itu, menurut dia, tarif tol sebaiknya mengikuti perkembangan pasar seperti adanya inflasi, serta pengenaan resiko pasar lainnya. Dengan demikian, menurut dia perbankan sebagai pemberi kredit juga mendapatkan keuntungan yang baik sekaligus tidak ragu untuk menyalurkan kredit. "Secara komersial kita kan juga sebagai bank yang dituntut untuk untung," katanya. Sementara itu Abdul Rahman menilai jalan tol sebenarnya merupakan investasi yang masih menguntungkan meski berjangka panjang. "Sebetulnya investasi jalan tol acap kali tidak bersifat komersial (pendapatannya lambat /slow yield) tetapi juga untuk publik servis. Meski `slow yield` kami melihatnya sebagai sektor bisnis yang menguntungkan," katanya. Hal ini menurut dia karena adanya jaminan dari pemerintah untiuk melakukan peninjauan terhadap tarif setiap dua tahun sekali. Ia mengatakan dalam lima tahun ke depan program pembangunan jalan tol sepanjang 1.696 km dengan dana diperkirakan mencapai Rp182 triliun. "Dan saat ini Bank Mandiri telah menyepakati untuk membiayai jalan tol sebesar Rp10,3 triliun," katanya. Ia menambahkan hingga akhir tahun 2007 ini diperkirakan Rp 1 triliun kredit untuk jalan tol yang dicairkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007