"Banyak pengusaha besar asal China menyatakan minatnya untuk berinvestasi terutama di sektor perikanan di provinsi Maluku, makanya saat ini sejumlah investor berkunjung dan bertemu langsung dengan pemerintah Provinsi Maluku," kata Duta Besar (Dubes) RI untuk China, Djauhari Oratmangun saat mendampingi sejumlah pengusaha China berkunjung di Ambon, Senin.
Sejumlah pengusaha asal China langsung yang berkunjung ke Maluku di antaranya rombongan Zheng Lie-Lie dari perusahaan Shenzhen Foontain Corporation, TBEA Xin Jiang, Chen Jie serta perwakilan PT Nusa Ina Gempita-Jakarta, Zheng Zhi Qiang.
Rombongan pengusaha China ditemui langsung Gubernur Maluku, Said Assagaff yang didampingi Ketua Bappeda Maluku, Suryadi Sabirin serta sejumlah kepala dinas.
Menurut Jauhari, kunjungan resmi delegasi investor China ke Maluku untuk mengetahui potensi sumber daya alam yang dimiliki serta menjajaki peluang kerja sama saling menguntungkan yang dapat dilakukan antara pengusaha Negeri Tirai Bambu tersebut dengan pemerintah maupun masyarakat Maluku.
Dia mengatakan, dalam pertemuan tersebut para pengusaha menanyakan iklim investasi dan peluang usaha serta potensi unggulan yang dimiliki Maluku, di mana hasil kunjungan tersebut akan dijadikan bahan kajian para investor China untuk memulai menanamkan modalnya di sejumlah bidang usaha di Maluku.
Beberapa hal ditanyakan oleh rombongan seperti Andrew Zheng (Zheng Lie-Lie) dari perusahaan Shenzhen Foontain Corporation, Chen Jie dari TBEA Xin Jiang dan Andrew Zheng (Zheng Zhi Qiang) PT Nusa Ina Gempita-Jakarta mulai dari iklim investasi sampai dengan potensi yang paling potensial di daerah bertajuk seribu pulau ini.
Gubernur Said memanfaatkan pertemuan tersebut untuk memaparkan potensi kelautan dan perikanan Maluku yang merupakan sektor unggulan, terutama pada tiga Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yakni laut Arafura, laut banda dan laut Seram.
"Potensi lestari perikanan maluku sebesar empat juta ton per tahun tetapi yang baru dimanfaatkan sebesar 600 juta ton per tahun atau sepertiga dari total produksi ikan nasional yang mencapai 3,9 juta ton per tahun," ujarnya.
Sedangkan untuk mendukung pengembangan industri perikanan, Maluku juga memiliki infrastruktur pendukung berupa 12 pelabuhan perikanan tetapi beberapa di antaranya belum beroperasi optimal, dan di tahun mendatang akan dikembangkan industri perikanan terbesar di Dobo, Kabupaten Aru serta di Desa Waai, Pulau Ambon.
"Terkait ekspor ikan sejak januari 2018, sudah bisa dilakukan langsung dari Ambon ke negara tujuan karena pengurusan dokumen ekspornya bisa langsung dilakukan di Ambon dan hanya butuh waktu satu hari, baik melalui transportasi udara maupun laut, sehingga tidak perlu melalui Bali, Jawa Timur dan Jakarta," tandasnya.
Menurutnya, perusahaan penerbangan Garuda menyediakan jasa cargo setiap pagi dan bisa mengangkut ikan segar antara tiga hingga empat ton menuju Jakarta, Tokyo, Australia, Singapura dan Malaysia.
Gubernur juga menambahkan, Dubes Indonesia di jepang, juga telah memastikan pembukaan penerbangan langsung dari Hokaido menuju Ambon, sehingga diharapkan dapat menunjang kegiatan ekspor ikan dari Maluku di masa mendatang.
"Karena itu saya berharap para pengusaha asal China juga dapat mengambil peran besar di sektor perikanan, apalagi penerbangan langsung dari China ke Menado, Sulawesi Utara juga semakin lancar dan bisa diteruskan ke Ambon," katanya.
Baca juga: Investor tambang China siapkan Rp9 triliun investasi ke Malut
Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2018