"Jadi pemimpin itu harus lebih pintar, bijaksana dan mengayomi anak buahnya. Artinya anda harus lebih pintar dari anak buah, mengetahui lebih daripada anak buah. Anda tidak bisa memimpin hanya berdasarkan selembar kertas SK (surat keputusan, red.)," kata Wapres saat memberikan Pembekalan Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat I Angkatan XXXVIII dan XL di Istana Wapres Jakarta, Senin.
Gaya kepemimpinan yang 'tunduk kepada atasan' saat ini perlahan mulai berganti menjadi demokratis, dimana ketika anak buah tidak sepakat dengan pendapat atasannya maka dapat mengutarakan opini untuk perubahan lebih baik.
Bahkan, lanjut JK, apabila ada anak buah yang tidak suka dengan atasan, mereka bisa saja mengunggah ekspresi tersebut ke media sosial dengan mudah. Akibatnya, melalui keterbukaan informasi tersebut maka dapat muncul penilaian masyarakat yang sangat cepat terjadi.
"(Sekarang) Kalau anak buah tidak suka, dia bikin di media sosial macam-macam, gampang saja semua orang tahu. Kalau ada yang menyeleweng, yang korup, maka langsung muncul dimana-mana. Jadi terjadi perubahan-perubahan," jelas Jusuf Kalla.
Wapres juga mendorong para pemimpin dan pejabat birokrasi, baik di pusat maupun daerah, untuk terbuka dalam melaksanakan tugasnya, sehingga tercipta gaya kepemimpinan politis demokratis dan terbuka secara otonomi.
"Perubahan-perubahan itu harus dilakukan, perubahan kepada alam politik lebih demokratis dan terbuka secara otonomi, menyebabkan kepemimpinan itu harus berubah. Tidak bisa lagi mengatakan 'saya atasan, you mesti ikut sama saya', tidak bisa lagi," jelasnya.
Oleh karena itu, Wapres berharap para peserta PKN Tingkat I Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) dapat menerapkan pengetahuan terkini sehingga dapat mengikuti perubahan dalam gaya kepemimpinan masa kini.
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018