Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat, George Walker Bush, mengakui bahwa dirinya sulit menyatakan apakah China, negara yang sedang berkembang sebagai kekuatan ekonomi dunia, merupakan kawan atau lawan bagi AS. Bush hanya dapat menggambarkan hubungan antara AS dan China sebagai hubungan yang `kompleks`, karena di satu pihak menguntungkan sebagai mitra dagang, namun di lain pihak AS masih terganggu dengan praktek kebebasan berpendapat dan penegakan hak azasi manusia di China yang belum sesuai dengan standar AS. "Susah untuk disebutkan dalam satu kata. `Kompleks` mungkin adalah kata yang paling tepat -- tapi dalam arti positif," kata Bush di Gedung Putih, Washington DC, Kamis. Ia menjawab pertanyaan ANTARA apakah AS sebenarnya melihat China sebagai kawan atau lawan dan apa rencana Amerika Serikat untuk tetap dapat merebut pasar dan merebut hati dunia termasuk negara-negara di Asia Tenggara seperti Indonesia. "Di satu pihak, kami melihat adanya peluang bidang perdagangan, kami ingin perdagangan yang bebas dan adil... Yang membut masalah menjadi lebih kompleks adalah, pada saat yang sama kami percaya hak azasi dan martabat manusia (harus dijunjung, red)," kata Bush. Namun menurut Bush, AS terus bekerja sama dengan para pemimpin China untuk memajukan penegakan hak asasi dan martabat manusia di China. Untuk itu, ia menyebut hubungan pribadi yang dibangunnya dengan Presiden China Hu Jintao sebagai salah satu cara yang bisa ditempuh. "Dari sudut pandang pribadi, saya memiliki hubungan yang hangat dan ramah dengan Presiden Hu Jintao. Saya suka dia. Saya senang berbicara dengan dia. Dia orang yang pintar," kata Bush memuji Hu. "Kami bisa membicarakan berbagai masalah. Kami bisa saling bertanya tentang apa yang menjadi masalah-masalah terberat yang dihadapi masing-masing. Dengan kata lain, kami mempunyai hubungan pribadi," tambah Bush. Hubungan seperti itulah, ujarnya, yang ia coba jalin dengan semua pemimpin dunia. "Saya juga memiliki hubungan yang sangat baik dengan pemimpin Anda (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, red). Juga hubungan bilateral (AS-Indonesia, red)," katanya. Dalam perbincangannya dengan ANTARA, The Straits Times (Singapura), Bernama (Malaysia), Yomiuri Shimbun (Jepang) dan The Australian (Australia), Bush memaparkan rencananya menghadiri pertemuan para pemimpin ekonomi negara-negara Asia-Pasifik (APEC) di Australia awal September ini. Salah satu peluang yang ingin dimanfaatkannya adalah memulai pembicaraan tentang kesepakatan perdagangan bebas dengan kawasan Pasifik. Ia juga akan mempergunakan ajang APEC untuk mengingatkan pentingnya Amerika Serikat memiliki hubungan yang membangun dengan Asia. "Asia adalah tempat kita menumpahkan darah pada masa lalu, sekarang menjadi tempat yang damai. Amerika Serikat (dulu, red) terikat secara militer dengan Asia, sekarang secara budaya, sosial dan ekonomi," kata Bush. (*)
Copyright © ANTARA 2007