New York (ANTARA News) - Melihat lekuk tubuh Maria Sharapova yang dibalut baju merah berhiaskan kristal, Kamis, saat memetik kemenangan pada babak kedua AS Terbuka, rasanya sulit membayangkan kecantikan seperti itu harus "terkubur" di bawah seragam atlet hoki es. Tetapi, juara bertahan AS Terbuka yang memastikan tempatnya di babak ketiga dengan mengalahkan petenis Australia Casey Dellacqua 6-1, 6-0 dalam waktu 51 menit mengatakan, pernah berpikir untuk menjadi atlet senam ritmis atau pemain hoki es. "Yang sering terlintas dalam pikiran saya ketika masih kecil ialah menjadi pesenam," kata Sharapova. "Saya selalu bercita-cita menjadi pesenam ritmis - tetapi saya tumbuh terlalu cepat untuk itu dan kemudian memilih hoki." Akhirnya, gadis berambut pirang itu beralih ke tenis dan termasuk satu dari 10 petenis Rusia di antara 32 petenis yang masih bertahan di grand slam terakhir dalam satu musim itu. "Sungguh luar biasa melihat pertumbuhan tenis Rusia," kata Sharapova, seperti dikutip AFP. "Pada 2004, saya memenangi Wimbledon dan (Anastasia) Myskina memenangi Prancis Terbuka." Sharapova, unggulan kedua itu benar-benar menjadi pujaan dan mempesona penonton, tidak hanya karena bajunya yang indah tetapi juga karena permainannya. "Bermain di sesi malam selalu terasa istimewa. Saya selalu merasa harus lebih fokus dan bermain lebih baik daripada biasanya," kata Sharapova. "Motivasi pada pertandingan sesi malam sedikit lebih besar. Anda diperlakukan sebagai penghibur. Anda masuk ke lapangan dan merasa harus bermain baik. Anda ingin melakukan yang terbaik." Peralatan monitor di sisi lapangan menunjukkan Sharapova melesakkan servis dengan kecepatan 129 mil per jam, yang menyamai servis tercepat sepanjang masa pada babak utama dalam sejarah tenis yang dilesakkan Venus Williams, Senin saat memetik kemenangan pada babak pertama. Tetapi Sharapova mengatakan tidak pernah bisa mendekati kecepatan servis seperti itu. "Itu sebuah kesalahan. Saya belum pernah melakukan servis dengan kecepatan 129 mil selama hidup," kata Sharapova. "Dan terasa tidak seperti 129." Sharapova kemudian akan bertemu petenis unggulan ke-30 dari Polandia, Agnieszka Radwanska yang memaksa petenis Rusia itu bermain tiga set sebelum kalah pada perempatfinal Istanbul pada pertandingan kedua Sharapova setelah absen enam pekan. "Kami pernah mengalami pertandingan yang ketat," kata Sharapova. "Waktu itu terjadi di lapangan tanah liat dan itu adalah turnamen pertama saya setelah absen... ini adalah pertandingan yang berbeda, turnamen yang berbeda. Saya tidak harus mengkhawatirkan masa lalu. "Ia masih sangat muda," kata petenis Rusia berusia 20 tahun tentang lawannya yang berusia 18 tahun. "Ia akan tampil tanpa beban. Saya hanya akan mencoba bermain dan melakukan hal yang sama seperti yang baru saja saya lakukan." Sharapova benar-benar termotivasi untuk mempertahankan gelar yang ia peroleh di Flushing Meadows pada 2006. "Saya mengetahui dengan pasti bagaimana rasanya dapat memetik kemenangan di sini," katanya. "Anda pasti ingin merasakan hal yang sama kembali." Hingis cerdik, Kuznetsova tangguh Mantan juara Martina Hingis dan Svetlana Kuznetsova menempuh cara yang berbeda untuk melaju ke babak ketiga di AS Terbuka. Hingis tampil dengan variasi slice dan lop untuk memetik kemenangan 6-2, 7-5 atas Pauline Parmentier, sedang Kuznetsova mengerahkan seluruh tenaganya untuk membukukan kemenangan 6-3, 4-6, 6-0 atas Camille Pin. "Anda mencoba untuk melakukan variasi, membuat perbedaan setiap waktu," kata Hingis yang memenangi turnamen satu dekade lalu. "Saya pikir, penonton pun menikmatinya." Pada pertandingan tersebut, Hingis kehilangan tiga servisnya pada set kedua, tetapi dapat merebut servis lawannya empat kali. Pada babak ketiga, petenis Swiss itu akan bertemu dengan petenis berusia 18 tahun asal Belarusia Victoria Azarenka yang berada di peringkat 41 dunia. "Saya merasa tidak boleh meremehkan siapapun lawan di turnamen ini," kata Hingis. "Siapapun lawan yang akan Anda hadapi dapat mengalahkan Anda." Sementara itu, Kuznetsova mengatakan, kehilangan banyak kesempatan pada pertandingan itu. "Banyak kesempatan yang berlalu begitu saja. Saya tidak menggerakkan kaki saya. Tetapi yang pasti, saya masih merasa puas dengan permainan saya." Setelah kehilangan set kedua, Kuznetsova hanya membutuhkan waktu 23 menit untuk memenangi set penentuan. "Permainan pada set kedua sangat buruk," kata Kuznetsova, juara 2004. "Ketika itu terjadi, ya sudah. Sudah terlambat untuk mengubahnya. "Saya bilang, `Tidak ada yang dapat Anda ubah.` Dan sejak saat itu, saya mencoba melakukan pukulan dengan benar." Sementara itu, petenis muda asal Hungaria Agnes Szavay mengawali langkah dengan baik dengan mengalahkan petenis Belanda Michaella Krajicek 7-6, 6-3, dan melaju ke babak ketiga. Szavay mengundurkan diri dari final New Haven saat melawan Kuznetsova karena cedera punggung meski telah memenangi set pertama. Tetapi, petenis Hungaria berusia 18 tahun itu membukukan hasil satu langkah lebih maju dari hasil yang pernah ia bukukan di grand slam. "Saya mengalami masalah dengan punggung saya. Rasanya sangat kaku dan sakit karena terlalu banyak melakukan pertandingan," kata Szavay atas kekalahannya di New Haven. "Tetapi sekarang sudah jauh lebih baik. Tiap hari kondisinya semakin membaik." Petenis Rusia itu melaju ke babak kedua Roland Garros dan Wimbledon tahun ini. (*)

Copyright © ANTARA 2007