Dari pemantauan Antara di rumah sakit itu, Sabtu, dua ekskavator dari PT Nindya Karya (Persero), dikerahkan untuk mempercepat proses itu. Kehadiran mereka bagian dari misi besar BUMN Peduli Bencana Palu dan Donggala.
Bangunan empat lantai itu kini berketinggian hanya dua lantai saja, karena dua lantai paling bawah sudah runtuh, bahkan bangunannya miring ke arah depan. Hari ini adalah hari kedelapan pascagempa Bumi terjadi di sana.
Di lantai bawah tanah merupakan tempat parkir kendaraan sedangkan lantai di atasnya terdapat Unit Gawat Darurat dan unit rawat inap serta poliklinik untuk rawat jalan. Semuanya kini tidak berbekas, karena berhimpitan akibat guncangan gempa berkekuatan 7,4 pada skala Richter pada 28 September lalu.
Petugas Badan SAR Nasional, Muhammad Alim, yang dijumpai di lokasi, menyatakan, mereka tengah memikirkan cara paling tepat, aman, efektif, dan cepat dalam misi pencarian para korban yang ada di dalam rumah sakit milik pemerintah daerah setempat.
Luasan tanah rumah sakit itu cukup luas, sehingga bangunan yang rubuh itu tidak berdempetan dengan batas lahan milik warga sekitar. “Dalam keadaan seperti ini, kami lebih memiliki membongkar sedikit demi sedikit dari belakang bangunan, karena dia sudah condong ke depan,” kata dia.
Pada sisi kiri bangunan empat lantai itu, terdapat rumah-rumah warga setempat yang turut tertimpa sebagian bagian atas paviliun rumah sakit itu. Keadaannya cukup memprihatinkan, bagian atap beberapa rumahnya tidak mungkin lagi dipertahankan.
“Bisa juga lewat samping membongkarnya, namun terkendala pemilik rumah yang kini tidak diketahui di mana mereka berada,” kata dia.
Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Budi Setiawanto
Copyright © ANTARA 2018