kegiatan ini menyebar ke titik pengungsian dihadiri 1.000-1.500 orang pengungsi anak-anak dan ibu-ibu setiap hari

Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Sosial menyediakan 12 pos layanan dukungan psikososial (LDP) yang melekat dengan pos dapur umum lapangan di sejumlah titik di Sulawesi Tengah.

"Dilaksanakan oleh 15 petugas, kegiatan ini menyebar ke titik pengungsian lainnya serta dihadiri 1.000-1.500 orang pengungsi anak-anak dan ibu-ibu setiap hari," ujar Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos Harry Hikmat saat dihubungi di Jakarta, Sabtu.

Layanan psikososial yang diberikan mencakup terapi psikologi diantaranya katarsis mental, trauma healing, konseling, intervensi krisis, dan motivasi hidup.

Selain itu, pengungsi juga bisa mengikuti play therapy melalui permainan sulap, game, serta flying fox.

"Tidak ketinggalan juga terapi spiritual lewat pengajian dan istighosah, serta hypno therapy dengan melakukan meditasi," kata Harry.

Layanan dukungan psikososial Kemensos menyebar di Dinsos Provinsi Sulawesi Tengah, Rumah Jabatan Gubernur Sulteng, Lapangan Wali Kota Palu, Kawatuna dan Petobo di Jalan Bulu Masomba, Palu, Kompleks Perumnas Bala Roa, Dinas Kesehatan Kota Palu, Kelurahan Siranindi, Palu Barat.

Selanjutnya, Universitas Muhammadiyah Kota Palu, Dinas PUPR-Bina Marga Palu, Kantor Dinas Sosial Donggala, Kelurahan Labuan Bajo, Donggala, serta Desa Lori, Sigi.

Jumlah pengungsi akibat gempa bumi yang mengguncang wilayah Palu dan Donggala pada 28 September lalu mencapai 62.359 orang berdasarkan data yang masuk di pusat penanganan Makorem 132 Tadulako, Palu, Jumat (5/10).

Sedangkan untuk korban meninggal dunia sebanyak 1.648 orang, luka sebanyak 2.549 orang, hilang 113 orang, korban tertimbun 152 orang, dan puluhan ribu rumah rusak.

Baca juga: Seto Mulyadi: pemulihan trauma penting cegah kepribadian buruk
Baca juga: Kemenkes kirim layanan psikososial untuk korban gempa Sulawesi Tengah
Baca juga: Dinsos NTB kirim tim layanan psikososial ke Palu dan Donggala

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018