Jakarta (ANTARA News) - Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman, bersikeras melanjutkan rencana penawaran saham perdana atau "initial public offering" (IPO) dari perusahaan minyak raksasa Aramco kepada investor umum yang sempat tertunda.
Dia menjanjikan penawaran umum perdana pada 2021 dan tetap berpegang pada pandangan ambisiusnya bahwa perusahaan yang dijalankan oleh negara tersebut bernilai 2 triliun dolar AS atau lebih, demikian laporan dari Kantor Berita Internasional Islam (IINA) yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Sikap tersebut menunjukkan tekad Pangeran Mohammed bin Salman yang berusia 33 tahun tersebut untuk melanjutkan proses IPO bahkan setelah rencana Riyadh itu dibatalkan oleh skeptisisme atas penilaian perusahaan dan rencana Aramco untuk membeli saham pengendali di produsen kimia terbesar Saudi.
"Saya yakin pada akhir 2020, atau awal 2021," katanya saat membahas IPO dalam sebuah wawancara di istana kerajaan di Riyadh. "Investor akan memutuskan harga pada hari itu. Saya percaya harganya akan di atas 2 triliun dolar AS. Karena itu akan sangat besar," kata pangeran.
Proyek IPO pertama kali diumumkan pada tahun 2016 sebagai landasan dari rencana Visi Arab Saudi 2030 guna memodernisasi ekonomi Saudi.
Baca juga: Pewaris tahta Arab Saudi sampaikan kalimat bersahabat kepada Israel
Baca juga: Prospek kenaikan produksi Saudi picu harga minyak jatuh
Para pejabat Saudi berulang kali mengatakan bahwa perjanjian itu "berjalan sesuai jadwal, tepat waktu" untuk paruh ke dua tahun 2018. Namun, pada awal tahun ini mereka mengatakan rencana itu akan ditunda hingga tahuun 2019.
Segera setelah itu, Aramco menunda IPO dan memulai pembicaraan untuk membeli mayoritas saham di raksasa petrokimia lokal, Sabic dengan potensi kesepakatan senilai 70 miliar dolar AS.
Berbicara pada Rabu malam (3/10), dikelilingi oleh beberapa penasihat, Pangeran Mohammed mengatakan IPO "100 persen" untuk kepentingan bangsa.
"Semua orang mendengar tentang desas-desus Arab Saudi membatalkan IPO Aramco, dan bahwa hal ini menunda Visi 2030. Ini tidak benar," katanya.
Pangeran Mohammed mengatakan penundaan IPO berawal pada pertengahan 2017 ketika waktu itu ada kejelasan bahwa Aramco membutuhkan dorongan ke dalam industry petrokimia.
Dia mengatakan akan menjadi tidak adil untuk melanjutkan IPO jika hal tersebut hanya untuk mengejutkan para investor setelah dengan ada kesepatan besar dalam industri bahan kimia.
IPO Aramco akan menjadi peristiwa yang mengguncang pasar keuangan. Pangeran Mohammed berharap untuk menaikkan rekor 100 miliar dolar AS dengan menjual lima persen saham. Jika rencana ini tercapai, maka rekor penjualan saham Aramco akan mengalahkan rekor sebelumnya yang dicatat pada tahun 2014 oleh Alibaba Group Holding Ltd dari China yang mengumpulkan 25 miliar dolar AS.
Bagi Wall Street, hal semacam itu berarti mencetak uang, dengan bank-bank dari JPMorgan Chase & Co. ke Citigroup Inc. Yang sudah bekerja untuk Aramco. Namun, di dunia yang bergerak menjauh dari minyak, IPO akan menjadi ujian global bagi investor bahan bakar fosil.
Pernyataan terbaru tentang kapan IPO akan terjadi memberikan ruang yang cukup untuk bergerak.
Sebelumnya, Menteri Energi Khalid Al-Falih mengatakan pada bulan Agustus bahwa Arab Saudi akan melanjutkan proyek "yang waktunya akan datang sendiri ketika kondisinya optimal".
Pangeran Mohammed kini telah memberi perusahaan dan para penasehitnya tenggat waktu baru, guna menyelesaikan soal Sabic dan akuisisi, serta penjualan saham internasional raksasa dalam waktu kurang dari tiga tahun.
Manajemen dan para bankir akan sedikit terhibur dari fakta bahwa mereka sudah membuat banyak persiapan yang diperlukan untuk IPO, tetapi hal ini tetap menjadi agenda yang menakutkan.
Pangeran Mohammed mengatakan kesepakatan antara Aramco dan Sabic, yang dia harap akan tercapai tahun depan, adalah kunci untuk masa depan industri energi Saudi.
Perusahaan milik negara itu dapat melakukannya dengan mudah karena utangnya yang rendah, katanya.
"Jika kita ingin memiliki masa depan yang sangat kuat untuk Aramco setelah 20, 30, 40 tahun dari sekarang, Aramco harus banyak berinvestasi di sektor hilir karena kita tahu bahwa permintaan baru untuk minyak 20 tahun dari sekarang akan berasal dari petrokimia," kata putra mahkota.
Jika Aramco telah mengembangkan bisnis petrokimia yang terpisah, Sabic pasti akan menderita, kata Pangeran Muhammad, seraya menambahkan bahwa hal tersebut terjadi karena Aramco menyediakan sebagian besar bahan bakar yang diolahnya menjadi bahan kimia untuk Sabic.
Pangeran Mohammed mengatakan bahwa Pemerintah Saudi akan menyimpan saham Aramco setelah IPO, daripada mentransfernya ke dana kekayaan negara seperti yang direncanakan semula.
Sebaliknya, PIF akan menerima 70 miliar dolar AS dari penjualan sahamnya di Sabic, ditambah 100 miliar dolar AS yang diharapkan oleh negara itu akan kumpulkan dari IPO Aramco.
"Jadi PIF bagus, rencana ekonomi di Arab Saudi bagus, dan kesepakatan itu bagus untuk industri hilir di Arab Saudi," tambahnya, mengacu pada kesepakatan Aramco-Sabic.
Pangeran Mohammed menunjukkan jadwal rinci tentang rencananya untuk Aramco. Dia mengatakan setelah kesepakatan Sabic selesai pada 2019, perusahaan itu akan membutuhkan satu tahun penuh sebelum dapat melanjutkan dan menjual saham kepada publik.
"Jadi kesepakatan akan didapat pada 2019, kemudian satu tahun keuangan pada 2020 dan Aramco segera akan di-IPO-kan," katanya.
"Kami sudah mencoba mendorong ke IPO sesegera mungkin, tapi inilah waktunya, berdasarkan situasi yang kami miliki," tambahnya.
Editor: Libertina W. Ambari
Pewarta: Antara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2018