Moskow (ANTARA News) - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Rabu bahwa daerah bebas militer di Idlib, Suriah, berjalan efektif dan tidak ada rencana aksi militer besar di kawasan itu.
"Saya punya alasan untuk dipercayai bahwa kami akan mencapai tujuan kami," kata Putin, merujuk kepada daerah itu, yang dibentuk Turki dan Rusia di Idlib.
"Artinya, tidak ada aksi militer berskala besar di sana," kata dia, "Aksi militer untuk kepentingan aksi militer tak perlu."
Pengamat Hak Asasi Manusia Suriah pada Minggu (30/9) menyatakan kelompok pemberontak Failaq al-Sham mulai menarik pasukan dan senjata beratnya dari daerah bebas militer di Suriah barat laut, demikian Reuters melaporkan.
Kelompok itu adalah yang pertama mematuhi persyaratan pergi dari daerah penyangga bebas militer, yang dibentuk Turki dan Rusia, untuk dihindari serangan tentara Suriah dukungan Rusia, kata Rami Abdulrahman, ketua pemantau perang berbasis di Inggris itu, kepada Reuters.
Sumber pemberontak tidak dapat dihubungi untuk dimintai tanggapan.
Baca juga: Pemberontak Suriah lihat Idlib sebagai kemenangan, Damaskus ujian bagi Turki
"Kelompok itu menarik pasukan dan senjata beratnya dalam gelombang kecil dari pedesaan Aleppo selatan, yang berdekatan dengan Provinsi Idlib, yang menjadi bagian dari daerah bebas militer ke arah barat," kata Abdulrahman.
Daerah bebas militer itu mencakup 15 hingga 20 kilometer di sepanjang garis tempur pemberontak dengan pemerintah dan akan dijaga pasukan Turki dan Rusia.
Turki dan Rusia pada pertengahan September sepakat menegakkan daerah baru bebas militer di provinsi tersebut, tempat pemberontak harus ditarik pada pertengahan bulan depan.
Failaq al-Sham adalah yang terbesar ketiga di antara kelompok pemberontak di Suriah barat Laut, kata pemantau tersebut. Kelompok terbesar pemberontak, Tahrir al-Sham, belum mengumumkan sikap mengenai perjanjian tersebut.
Editor: Boyke Soekapdjo
Pewarta: Antara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2018