Jakarta (ANTARA News) - Bank Mandiri telah menyalurkan kredit Rp6,4 triliun untuk industri baja dari total kredit yang disediakan hingga Juli 2007. Total kredit Bank Mandiri saat ini mencapai Rp106 triliun, sekitar 5,5 persen ke semua yang terkait baja termasuk Krakatau Steel dan itu sudah lama diberikan dan sudah jalan, kata Direktur Corporate Banking Bank Mandiri, Abdul Rachman, di Jakarta, Kamis. Ia mengatakan, perbankan sebenarnya selalu melakukan evaluasi seluruh sektoral yang ada, apakah sektor tertentu termasuk menarik, biasa atau negatif. Baja termasuk dalam sektor yang netral plus. Ia menilai tata niaga sektor baja masih memiliki faktor kebijakan yang belum kondusif, termasuk diantaranya mengenai kebijakan impor dan tarif. Masalah persaingan tidak sehat dengan mengurangi kualitas produk seperti yang dilaporkan Gabungan Asosiasi Pengusaha Besi dan Baja Seluruh Indonesia (Gapbesi) pada industri baja di tanah air, menurut dia, hal itu menjadi kekhawatiran perbankan. Namun, dari sejarah industri baja di Indonesia hingga saat ini masih memberikan kontribusi positif, bukan sangat luar biasa tetapi positif. "Tidak ada kredit macet. Pak Daenu (Ketua Gapbesi) sendiri mengatakan Krakatau Steel hanya dua kali merugi," katanya. Bank Mandiri masih bisa menambah alokasi dana untuk sektor baja, dengan sebelumnya melakukan evaluasi apakah manajemen, track record perusahaan di bank baik. Namun demikian, ia mengatakan, saat ini industri baja di tanah air masih belum efisien. Dari segi energi, biaya untuk pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batubara masih mahal. Abdul Rachman sendiri mengatakan penyaluran kredit terbesar oleh Bank Mandiri masih diberikan pada sektor perkebunan, pertanian yang mencapai 12 persen, diikuti pertambangan, telekomunikasi yang mencapai delapan persen. Ia mengatakan pihaknya memecah pemberian kredit untuk beberapa sektor, dengan masing-masing sektor mencapai 15 persen dari portofolio untuk satu sektor. Angka tersebut termasuk untuk baja, yang paling tidak bisa mencapai 12 persen dari portofolio.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007