Metamorfosis pertama sudah selesai, untuk jarak jauh semua sudah sama, tidak ada lagi yang berdiri. Metamorfosis kedua adalah integrasi antarmoda, kita sudah mencoba KA didukung TransJakarta
Jakarta, (ANTARA News) - Perubahan atau metamorfosis sistem perkeretaapian masih terbentur di integrasi antarmoda yakni belum semua tersambung dengan moda transportasi lainnya.
“Metamorfosis pertama sudah selesai, untuk jarak jauh semua sudah sama, tidak ada lagi yang berdiri. Metamorfosis kedua adalah integrasi antarmoda, kita sudah mencoba KA didukung TransJakarta,” kata Direktur Prasarana Kereta Api Kementerian Perhubungan Zamrides saat diskusi yang bertajuk “Kebangkitan Kereta Api Nasional” di Jakarta, Kamis.
Zamrides mengatakan selain integrasi moda yang masih menjadi pekerjaan rumah, juga integrasi sistem pembayaran.
Untuk saat ini, lanjut dia, sudah bisa diimplementasikan dengan uang elektronik.
“Rencananya nanti satu tiket,” katanya.
Belum cukup sampai di situ, Zamrides mengatakan, integrasi harus didukung oleh pembangunan perumahan berbasis “transit oriented development” (TOD).
“LRT yang di Pelembang yang sudah jadi, nanti akan dikembangkan TOD, sekarang yang sedang dikembangkan Jakabaring dimana pemerintah sudah meratakan Perumahan di wilayah tersebut,” katanya.
Wakil Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Heru Dewanto mengatakan metamorfosis kereta api yang telah dirasakan saat ini salah satunya adalah KRL yang menghubungkan Jakarta dengan wilayah satelitnya.
Sebentar lagi, Jakarta juga akan memiliki MRT dan LRT, sementara itu, daerah lain, pemerintah juga tengah membangun jalur kereta api di Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.
Menurut Heru, ada tiga hal yang menjadi perhatian khusus untuk mengembangkan sistem transportasi yang modern.
Pertama, teknologi akan berkontribusi besar pada penyediaan moda transportasi yang lebih efisien.
“Masyarakat tidak akan mengambil moda transportasi yang tidak menunjang mobilitas yang efisien dan efektif,” katanya.
Kedua, mobilitas tidak hanya soal manusia, namun juga mengenai barang-barang.
“Kebutuhan penduduk semakin banyak, pertumbuhan ekonomi juga semakin tinggi, sehingga mobilitas barag juga dituntut lebih efisien,” katanya.
Ketiga, sistem transportasi yang efisien membuat tidak hanya industri namun juga masyarakat kita lebih kompetitif. “Ketepatan waktu yang diberikan oleh MRT, misalnya, membuat waktu perjalanan lebih singkat dan masyarakat bisa lebih produktif,” ujar Heru.
Baca juga: Januari 2019, KAI mulai mendesain rinci reaktivasi rel di Jabar
Baca juga: PT Inka segera produksi LRT Jabodebek tanpa masinis
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018