Jakarta (ANTARA News) - Terkadang, sebagian dari kita merasa mengantuk setelah sarapan hingga jam-jam menjelang makan siang. Asupan glukosa, salah satunya berasal dari gula memainkan peran di sini, menurut ahli nutrisi.
"Kalau kurang, glukosa tidak bisa sampai ke otak. Kalau kelebihan, oksigen akan lari ke perut padahal otak membutuhkan oksigen, mengantuk juga. Makanya asupan glukosa sarapan harus pas," ujar pakar nutrisi dan Guru Besar dari IPB, Prof. Dr. Ali Khomsan dalam peluncuran MiLO baru dengan kandungan gla 25 persen di Jakarta, Rabu.
Selain mengantuk, mereka yang kelebihan glukosa dan makanan dengan indeks glikemik tinggi juga rentan mengalami stres dan depresi. Hal ini karena glukosa merampas banyak vitamin B dalam tubuh yang berperan untuk kenormalan saraf.
"Mereka yang suka menyantap makanan dengan indeks glikemik tinggi (tinggi gula), lebih gampang stres, uring-uringan dan rentan mengalami depresi," tutur dia.
Hal lainnya terutama jika asupan gula berlebihan ialah risiko obesitas yang meningkat. Gula bisa menekan hormon leptin yang berakibat berhentinya rasa kenyang. Bila begitu, tubuh seolah-olah merasa lapar terus menerus.
"Tubuh lapar terus, rajin makan gula, rajin mengemil. Perut tidak ada remnya," kata Ali.
Kementerian Kesehatan merekomendasikan kita mengonsumsi 50 gram gula atau setara 4 sendok makan per hari. Jumlah ini lebih tinggi dari anjuran Badan Kesehatan Dunia, WHO yakni 25 gram per hari.
"Penelitian menunjukkan rata-rata konsumsi gula di Indonesia 25 gram per hari atau masih di bawah anjuran Kemenkes dan mencapai rekomendasi WHO," ujar Ali.
Selain gula, beragam sumber makanan yang mengandung glukosa antara lain karbohidrat nasi putih, roti, buah dan sayuran.
Baca juga: Berolahraga dalam kondisi perut kosong, bolehkah?
Baca juga: Sulit berkonsentrasi? bisa jadi Anda kurang glukosa
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018