Sebanyak 70.821 pengungsi tersebar di 141 titik pengungsian

Jakarta (ANTARA News) - Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan pengungsi yang diakibatkan gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah mencapai 70.821 orang.

"Sebanyak 70.821 pengungsi tersebar di 141 titik pengungsian," kata Sutopo dalam jumpa pers terkait gempa dan tsunami Sulawesi Tengah di Graha BNPB, Jakarta, Rabu.

Sutopo mengatakan diantara para pengungsi tersebut terdapat 2.549 orang mengalami luka berat yang dirawat di beberapa rumah sakit.

Menurut Sutopo, warga terdampak gempa dan tsunami yang mengungsi di bukit-bukti sudah mulai turun dan bergabung ke titik-titik pengungsian lainnya.

"Kemungkinan titik-titik pengungsian akan bertambah karena belum semuanya didata," jelasnya.

Korban yang hilang dilaporkan 113 orang sedangkan yang dilaporkan tertimbun reruntuhan dan lumpur mencapai 152 orang.

"Korban yang tertimbun di Petobo, Kabupaten Sigi dan Balaroa, Kota Palu belum dapat diperkirakan," jelasnya.

Menurut Sutopo, sebanyak 65.733 rumah dilaporkan mengalami kerusakan, meskipun belum diklasifikasi jenis kerusakannya apakah berat, sedang atau ringan.

Gempa bumi berkekuatan 7,7 Skala Richter yang telah dimutakhirkan oleh BMKG menjadi 7,4 Skala Richter mengguncang wilayah Palu dan Donggala pada Jumat (28/9) pukul 17.02 WIB.

Pusat gempa berkedalaman 10 kilometer itu berada pada 27 kilometer Timur Laut Donggala.

BMKG telah mengaktivasi peringatan dini tsunami dengan status Siaga (tinggi potensi tsunami 0,5 meter hingga tiga meter) di pantai Donggala bagian barat, dan status Waspada (tinggi potensi tsunami kurang dari 0,5 meter) di pantai Donggala bagian utara, Mamuju bagian utara dan Kota Palu bagian barat.

BMKG telah mengakhiri peringatan dini tsunami sejak Jumat (28/9) pukul 17.36 WIB.

Baca juga: BNPB: korban meninggal gempa-tsunami Sulteng 1407 orang
Baca juga: Presiden: bantuan asing mulai masuk Sulteng

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018